Wednesday, December 21, 2016

Ikutan trial bela diri

Suatu hari tanpa sengaja, seorang pengajar di sebuah dojo mengirim saya message, karena saya me-"like" page mereka. Dia menawarkan saya untuk ikut trial latihan self defense. Saya jawab, kalo saya tertariknya bukan buat saya, tapi buat si anak 4 tahun #Alipo. Dan ternyata mereka punya kelas "mini ninja" untuk usia 4-6 tahun. Sang Sensei mengundang kami untuk datang dan ikut trial gratis.

Lalu pergilah kami kemarin sore ke trialnya, yang latihannya dilakukan di sebuah ruangan di fitness park, komplek olahraga di Osnabrück. Saya datang duluan karena langsung dari perpus, sementara alipo dan ayahnya dari TK langsung. Si alif pas banget baru bangun dr tidur sorenya di stroller.

Masuk ke ruangan, kami di salamin dan kenalan dengan Sensei. Si bocah diam membisu, walopun masih terima jabat tangan dengan senseinya. Sang sensei sampe nanya ke kami, apakah alif paham bahasa jerman. Karena dia membisu. Ada sekitar 6-7 anak yang siap latihan. Lalu dimulai latihannya. Alif gamau ikutan. Diem aja sambil nempel2 ke ibu dan ayah. Dia sempet bilang "aku gamau dipukul-pukul, nanti sakit". Lalu saya jelaskan, bahwa itu tujuannya belajar pertahanan, bukan untuk pukul-pukulan. Lagi pula latihannya juga seperti bermain, ga seserius orang dewasa. Orang tua (ayah atau ibunya) juga dilibatkan untuk partner latihan anak-anak, agar anak-anak lebih nyaman. Tapi saya melihat bahwa sensei nya serius soal disiplin, soal patuh aturan, dan waktu. Pas banget buat bocah belajar.

Selama latihan, si alif tetep gamau ikutan. Dia maunya mengamati, sambil tiduran di lantai..semacem ngesot-ngesot di lantai kayu yang mulus. Sedikit-sedikit dia mulai beringsut ke lapangan. Tetap diam mengamati. Tampak tertarik, tapi ragu. Sampai akhirnya latihan selesai (hanya 30 menit), kami pulang. Di jalan saya tanya,

Ibu  : Kamu mau ke tempat tadi lagi ngga?
Alif : mau.
Ibu  : beneran mau? Tapi kalo ke sana lagi harus ikutan, ga bisa cuma liat aja. Kalo ke sana cuma liatin aja, mending ga usah. Kita nonton aja video bela diri di rumah.
Ayah : iya..kalo ke sana lagi, harus ikutan. Soalnya kalo kesana lagi, kita harus bayar. Kalo ga mau ikutan, ga usah ke sana lagi.
Ibu  : kamu suka ga di sana?
Alif : suka
Ibu : tapi kenapa tadi diem aja gamau ikutan?
ALif : Aku schühtern (malu) ibu. Aku mau ikutan tapi belum tau.
Ibu  : Oh gtu. Ya..padahal sih ga apa-apa belum tau. Kamu kan baru pertama. Tapi mau kesana lagi ngga?
Alif  : iya mau.
Ayah : (agak discouraging buat lanjut karena kami belum pasti mau pulang atau tetap di Osnabrück)


Dari situ saya jadi belajar, bahwa Alif memang bukan jenis anak yang langsung "on" di tempat baru. Butuh waktu buat dia mengenali tempat baru, orang baru, dan apa yang mereka lakukan. Seperti ketika baru masuk TK, butuh waktu hampir tiga bulan untuk proses sampe Alif tidak nangis waktu kami tinggal. Which is normal, kita orang dewasa juga gitu kan? Menurut saya, memang dia butuh di ekspos ke berbagai hal yang berbeda, dikenalin pelan-pelan, dan pastinya tetep ditemani, sampe dia menemukan kesukaannya. Semangat terus ya alipo!

Jadi inget waktu saya kecil (sekitar SD kelas 1, 2, atau 3), pernah ikutan latihan silat di GOR Kelurahan Winduhaji bersama kakak-kakak dan sepupu. Sayangnya, waktu latihannya malam. Saya sudah kelelahan. Inget banget sampe pernah latihan jurus sambil terkantuk-kantuk -_- haha..dan latihan silat ini pun tidak berlanjut, saya lupa kenapa.

Monday, December 19, 2016

Jaket rusak dan ngobrol

Tadi pagi waktu mau pake jaket, saya inget ternyata resleting jaket Alipo setengah rusak gara-gara dia ga sabaran buka jaket! Heuh..emosi..jaket winter kan mahal -_-. Lalu saya bilang,

Ibu : Alif, lihat ini jaket kamu mau rusak karena kemarin kamu buru-buru mau buka, ditarik-tarik keras dan ga sabaran. Kalo rusak gimana dong?
Alif : Kalo rusak ya beli yang baru, ibu.
Ibu   : Ga bisa, ibu ngga ada uangnya.
Alif  : Nanti kalo aku sudah besar, sudah sekolah, nanti aku kasih ibu uang buat beli jaket.
Ibu   : Ya walaupun kamu nanti punya uang sendiri, tetap tidak boleh gampang merusak barang. Barang harus dirawat biar awet (sambil tarik napas dan mengingatkan diri sendiri agar berhenti ngomel..sudahlah..toh "hanya" jaket T_T)

Suatu kali saya pernah ngomel panjang karena Alif tanpa sengaja merusak lip balm ibu, lalu anaknya yang awalnya terima diomelin karena merasa salah, balik marah.
Ibu  : ngomel (abcdefg...xyz)
Alif : Ibu sudah dong..kamu kok marah-marah terus. Aku marah kalo kamu marah-marah terus.
Ibu  : ..............

Tuh ya ingat ya..kalo ngomelnya kepanjangan jadi ga produktif. Anak jadi tersinggung dan lupa kesalahannya di mana. Anak jadi males juga sama kita. Padahal saya ga mau anak saya males ngobrol atau cerita sama orang tuanya sendiri.

Huhu..ini mungkin pengalaman pribadi. Hingga saat ini, saya merasa takut kalo mamah saya sms atau telpon. Karena biasanya, Beliau kalo ngajak ngomong saya pas mau ngingetin sesuatu atau mau marah :(. Maapkan akuh mamah.. Padahal bisa jadi sebetulnya sekarang ini mamah cuma mau ngobrol..ya kan? Saya agak trauma karena biasanya kalo dihubungi suka ditanya: "Nilai-nilainya gimana?" (waktu SMA), atau "Skripsinya kapan selesai?" (jaman kuliah), atau "Sudah daftar kemana aja? Itu ada bukaan PNS di sana" (setelah lulus kuliah hingga saat ini).

So, ini adalah pengingat untuk saya, agar saya rajin mengobrol dengan Alif BUKAN dalam kalimat instruksi atau saran. Mengobrollah tentang hal-hal yang remeh temeh. Tentang awan, tentang cuaca tentang mainan, tentang teman-temannya. Kalo mau bertanya, tanyalah tentang perasaannya, tanyalah pendapatnya tentang sesuatu. Agar si bocil tidak malas ngobrol dengan saya.






Tuesday, December 13, 2016

Growing up, growing old

Pagi ketika sarapan berdua Alif (karena ayah sudah berangkat kerja), terjadi percakapan yang saya agak lupa awalnya ngomongin apa.

Alif  : Aku nanti makan sereal pake cabe
Ibu   : Tapi anak kecil belum makan cabe
Alif  : Aku bukan anak kecil, aku kan anak besar. Nanti kalo aku sudah dewasa, aku sebesar ayah dan ibu. Nanti aku ga pake stroller lagi. Kan kebesaran aku. Nanti ayah atau ibu juga ga pake stroller, kan udah dewasa. Berat dong kalo aku dorong ibu sama ayah di stroller. Kan besar. Tapi nanti aku udah sama kayak ayah dan ibu.

Ibu  : Emm..tapi kalo kamu sudah dewasa, nanti ayah dan ibu jadi tua.
Alif : Kenapa kamu jadi tua?
Ibu  : Iya..kan manusia begitu. Dari kecil tumbuh jadi besar, dewasa. Kalo sudah dewasa terus jadi tua. Jadi kakek-nenek.
Alif : Nanti aku juga dong?
Ibu  : Iya..tapi nanti ayah sama ibu duluan tua.

Pic from here
Percakapan yang membuat saya tertegun. Mungkin keinginan seorang anak sederhana saja, ingin seperti ayah dan ibunya, ingin "sama" dengan ayah dan ibu. Untuk konteks Alif, mungkin biar bisa diajak ngobrol, makan makanan orang dewasa (indomie pake cabe misalnya), dan diperlakukan seperti orang dewasa. Keinginan yang indah dan sederhana.

Mungkin keinginan saya dulu juga sesederhana itu. Ingin mengobrol, makan, berinteraksi sebagai sesama orang dewasa, ingin seperti Mamah dan Apa. Selamat ulang tahun, Apa. Yesterday on December 12th 2016, you should be 65 years old. Allohumagfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu.

Ah..saya akan berusaha sebisa mungkin lebih menemani Alif, mumpung saya masih diberi waktu.

Friday, December 9, 2016

Mencari Cinta Sejati

...a liberal democratic understanding of state-civil society relations (Ketola 2013, 83).

Naon atuh ujug-ujug? Kalo kata orang Jerman: nichts. Pengen aja nulisin itu. Situ sehat? Ga yakin..tampak chaotic inside..haha

Ah..sudahlah. Pokoknya saya suka banget sama lagu ini


Pertama, karena lagu ini sound track nya film Rudy Habibie yang ketika nonton ini, saya merasa ditabok-tabok. Pak Habibie yang super jenius pun hidupnya banyak rintangan dan beliau tetep maju. Walaupun lalu saya sempat berdiskusi juga soal kenapa dia mau membangun industri pesawat terbang nusantara di bawah sang diktator yang tangannya berdarah-darah, Suharto.

Tapi intinya film ini berhasil membangkitkan rasa persamaan saya dengan Habibie..haha..sama-sama miskin waktu sekolah di Jerman, harus kerja keras nyari uang plus terus menulis/belajar tidak lupa membagi waktu dengan kewajiban sebagai orang tua. Okay. Keep going. Tik tok tik tok..

Friday, December 2, 2016

Refleksi tentang Turki

Kenapa tentang Turki? kenapa ga tentang Indonesia yang lagi rame? Suka-suka saya dong ya.

Jadi di Turki pada awalnya ada dua gerakan besar yang bersekutu, yaitu AK Parti (partainya Erdogan) dan Gülen Movement. Awalnya mereka bekerja sama saling mendukung, Gülen yang katanya awalnya tidak tertarik berpolitik menyediakan dukungan suara bagi Erdogan dan AKP dari pendukungnya yang cukup berpengaruh di Turki, dan AKP setelah berkuasa menyediakan perlindungan bagi Gülen Movement terutama dari Kemalist. Namun lama-kelamaan, puncaknya pada 2013, keduanya bubar jalan. Perbedaan di antara keduanya tidak bisa diabaikan lagi.

Lalu pendukung dua kelompok saling sapu bersih. Jika di sebuah lembaga mayoritas isinya pendukung AKP, maka orang yang dicurigai pendukung Gülen akan "disingkirkan". Begitu juga sebaliknya. Jika di sebuah lembaga dikuasai oleh pendukung Gülen, maka pihak-pihak yang dianggap pro Kemalist atau AKP akan disingkirkan. Bahkan jika itu masih hanya sekedar "dugaan".

Hingga memuncak banget-banget, pada bulan Juli lalu, Gülen Movement dituduh sebagai dalang percobaan kudeta terhadap pemerintahan resmi Turki. Giliran pemerintah Turki dengan partai penguasa AKP dibawah Perdana Menteri Erdogan yang menyapu bersih pendukung Gülen. Tidak ada yang disisakan. Jika sebelumnya militer dikuasai pendukung Gülen, sekarang sebagian besar dari mereka sudah dipecat, dirumahkan untuk waktu tak terbatas, atau dipenjara. Begitu pula dengan banyak pegawai negeri sipil yang dianggap simpatisan Gülen Movement. Mereka dirumahkan, dipecat, dipenjara, dll. Media-media yang dianggap bertentangan dengan pemerintah ditutup. Para jurnalis dan akademisi ditangkapi.

Tapi saya tidak bilang Gülen dan pendukungnya tidak bersalah. Hanya saja pemerintah Turki lebih banyak bertindak berdasarkan prasangka. Seberapa banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang ini benar-benar mendukung Gülen Movement?

Lalu kenyataan itu seperti menampar saya. Akhir-akhir ini saya sering sekali mengelompokkan orang berdasarkan prasangka saya. Si itu begini, si ini begitu. Walaupun saya bukan siapa-siapa, harusnya ga boleh begitu dong ya? Ya kan..ya kan.. Yuk dahulukan diskusi dan dialog lah..jangan asal prasangka, praduga, curiga, dan menebak-nebak.

Sepotong do´a untuk tanah air Indonesia dan para manusianya, semoga tetap damai, bijak, kritis, dan cerdas. Ingat, kita semua bersaudara. #apeu.

*catatan untuk (saya sendiri dan) teman-teman saya, apapun pilihanmu, please don´t change. Mari kita berusaha tetap adil terhadap siapapun, regardless our political and religious views.

Tuesday, November 29, 2016

29 November 2016

Memasuki musim dingin taun ini yang datang lebih cepat, saya teringat kata-kata Alm Apa waktu kami mudik Feb lalu (apa ketika saya menelpon beliau?). Beliau bertanya soal suhu di Jerman, berapa suhu di musim dingin, di musim panas, dan seterusnya. Saya jawab seinget saya, misalnya, bahwa selama dua kali musim dingin suhu rata-rata antara -2 sampai 4 derajat, dan di musim panas bisa mencapai 38 derajat. Lalu beliau menjawab "Di tulis atuh suhu di buku harian..ambeh inget". He suggested me to write on a daily basis, especially about temperature change.

Dedaunan dilapisi bunga es
 Lalu pagi ini sekitar jam 9 pagi setelah mengantar Alif ke TK dan menyaksikan hari yang cerah namun terasa membeku, saya teringat untuk mencatatnya. Hari ini Langit biru, matahari bersinar cerah, namun bunga-bunga es putih terhampar di dedaunan, pohon-pohon, di atas mobil-mobil, rerumputan, dan di mana-mana. Saya cek suhu di hp. Owh.ternyata -6 derajat Celcius! Hari Minggu kemarin padahal suhu sempat mencapai 8 derajat. Lalu kembali menurun di malam dan dini hari. Tapi saya menyukai musim dingin yang seperti ini. Dingin, namun langit biru dan matahari bersinar cerah. Indah.

Pemandangan hari ini, dilihat dari jendela perpus
Tadi pagi seperti biasa saya ribet sendiri sebelum mengantar Alif, karena ayahnya Alif sudah berangkat kerja jam lima pagi. Nyiapin sarapan (padahal cuma sereal dikasih air anget), bikin kopi, rebus telor buat bekal, bikin bekal saya, dll. Saya tidak berhasil menemukan kupluk si bocah dan memakaikan kupluk dia dari dua tahun lalu yang sudah kekecilan. Untung masih bisa nyampe TK 2 menit sebelum jam 9..ngepas..Haha.. jangan ditiru. Nanti sore harus dicari si kupluk sampe ketemu.




Monday, November 21, 2016

Alles gute zum 4. Geburtstag, Alif!


Selamat ulang tahun Alif!
Semoga makin soleh, sehat selalu, penuh pertimbangan, cerdas, sayang keluarga, dan berguna untuk sesama :)

Maafkan Ibu dan Ayah tadi pagi marah-marah karena kamu numpahin air -_-
Maafkan lah kami yang masih terus belajar ini..semoga suatu saat nanti kamu memahami apa-apa yang ibu dan ayah lakukan.
Semoga kami diberi kesabaran tak terbatas menghadapimu yang penuh tanya tentang dunia.

Semoga kami diberi umur panjang untuk mendampingimu tumbuh.

Konon katanya golden time anak balita itu usia 0-4 tahun, dan setelah itu pertumbuhan otak anak sudah sempurna. Ah..tapi menurut saya ngga lah ya..setiap anak pasti akan bisa terus berkembang walaupun sudah lewat umur 4 tahun.


Beberapa milestones Alif 4 tahun *catatan ibu biar ga lupa
Sudah bisa pake baju sendiri komplit: kaos, celana dalam, jaket, kaos kaki, sepatu.
Sudah bisa naro baju kotor ke keranjang/ember
Beresin mainan, simpan alat makan ke tempatnya, ngambil susu dan sereal sendiri, ambil minum sendiri.
Makan buah-buahan dengan kesadaran sendiri, walopun kadang-kadang masih harus diingatkan
Makan sayur masih harus diingatkan terus-menerus, tapi semakin hari semakin gampang prosesnya. Ga harus dipaksa/dimarahin untuk makan sayur.
Bisa diajak cerita dan memberi jawaban yang (cukup) masuk akal.
Kemampuan sosialisasi dengan orang lain meningkat walopun sedikit, lebih ramah terhadap orang yang sudah dikenal (misal: teman-teman ayah dan ibu, atau Kaela, atau Yumna).

Contoh-contoh percakapan dengan Alif
Ceritanya Alif lagi makan.
Ibu/Ayah: Alif ayo makannya fokus, dihabisin ya.
Alif        :  Ibu, perut aku bilang "Aku udah kenyang..aku ga mau makan lagi"
Ibu         : Ah..kamu suka alasan
Alif        : Ga kok ibu..itu kan perut aku yang bilang
Ibu         : "............."
 Si Alif paling banyak beralasan kalo lagi makan. Bisa juga dia bilang "Ibu, kaki aku bilang dia sakit".

Cerita lainnya di hari Minggu, ketika Saya biasanya nelpon orang tua di Indonesia.
Ibu  : Alif, kita telpon Enin yuk. Enin itu kan ibunya ibu.
Alif : Ngga ah..kamu aja yang telpon, Enin kan bukan ibu aku.
Ibu  : "................."

Atau ketika bangun tidur.
Ibu : Alif, ayo kita bangun
Alif : Tapi mataku bilang dia masih ngantuk

Ketika saya sampe rumah hari ini,
Alif : Ibu, aku ulang tahun loh..
Ibu : iya.. Ibu tau lah..emang siapa yang lahirin kamu -_- haha..

Feuerlöscher (hydrant pemadam api) mainan, hadiah dari Kindergarten
Di TK, biasanya diadakan perayaan sederhana, tiup lilin, dikasih mahkota, dan hadiah kecil. Biasanya dapur TK juga mengajak anak yang ultah dan teman-temannya untuk membuat kue kering sama-sama. Orang tua tidak perlu hadir, khusus untuk para bocah dan pihak Kindergarten. Foto-foto biasanya diambil oleh pihak sekolah. Ga perlu keluar biaya apa-apa..hehehe.. *mak irit*

Sementara di rumah kue ultahnya sederhana saja dan ga ribet, yaitu pancake Pisang. Kebetulan sudah seminggu ini si anak kecil bilang, bahwa dia mau makan pancake. Jadi tinggal beli lilin..jadi deh.. Anak kecil segitu aja seneng banget :D.

Dan..berikut ini lagu ulang tahun favorit Alif




Friday, November 18, 2016

Celoteh Alif

Seminggu terakhir ini lagi sering membahas bayi (walaupun belum tahu kapan Alif punya adik), gimana kalo Alif punya adik, dan lain-lain sama si bocah yang umurnya hampir 4 tahun. Percakapan-percakapannya seperti berikut ini,

Ibu: Baby alipo..sini
Alif: Aku bukan baby
Ibu: kamu mau punya adik bayi ngga, kayak Kaela (temen Alif yang seumuran) udah punya adik, de Kinan.
Alif: Kamu udah punya baby kan, Ibu.
Ibu: mana babynya?
Alif: Aku kan dulu babynya?
Ibu: Iya..tapi maksud ibu baby baru..bukan kamu..
Alif: siapa namanya?
Ibu: Ya belum ada namanya...kan belum ada babynya..

Di lain kesempatan kata ayahnya,
Ayah: Alif mau punya adik?
Alif: ngga, aku ga mau punya adik. Tapi aku mau tulisin namanya di popok sama di bajunya (alif lagi suka tulis2, minta ditulisin nama Alif di kertas gambarnya)

Selain obrolan tentang adik, banyak obrolan lain yang menunjukkan bahwa seiring bertambah usianya, si anak kecil juga makin berkembang kosakata dan pemahamannya :´).




Monday, October 17, 2016

Postcards Never Sent

Hari ini saya dibantu teman saya Lily, mulai mencicil menyortir barang di apartemen kami. Lalu ketika kami memilah setumpuk dokumen saya waktu di Münster, kami menemukan amplop berisi beberapa kartu pos dengan pemandangan kota Münster. Kartu-kartu tersebut sebagian sudah ditulisi kata-kata dan siap dikirim. Sebagian lainnya hanya tertulis kepada dan alamatnya. Saya ingat, setelah menulis kartu-kartu itu, tetiba amplopnya hilang entah ke mana karena saya terlalu lama menunda. Akhirnya kartu-kartu itu tidak jadi dikirim.

Di antara kartu-kartu itu saya menemukan kartu pos untuk Ayah saya, yang tidak pernah terkirim. Melihat tulisan di bagian belakang kartu posnya saja sudah membuat saya terdiam, lalu mengerjap-ngerjapkan mata agar air mata tidak mengalir. Ah...another words I never said. Postcard I never sent.

Diantara kartu-kartu itu ada juga kartu pos untuk mamah. Harus segera saya kirimkan nih..

Karena urusan beres-membereskan dokumen ini, saya jadi ingat juga waktu saya, mamah, dan adik saya sedang membereskan dokumen punya Apa. Ada foto Beliau waktu muda, buku tabungan, SK pensiunnya, dan lain-lain. Hati saya serasa diiris-iris, menyaksikan Ayah saya hanya tinggal dokumennya. Lalu saya memilih berhenti menyortir, dan pergi ke ruang depan yang sepi. Menangis sendiri.

Sunday, October 2, 2016

Resep Bolu Pisang Kesukaan Kami

Akhir-akhir ini kami lagi suka makan bolu pisang alias banana bread buatan ayahnya Alif. Dia pertama nemu resep yang pas dari youtube nya Nyonya cooking. Lalu dimodifikasi sesuai selera. Setelah (ayahnya alif) beberapa kali mencoba, inilah resep yang dirasa pas.

Bahan
Pisang 3 buah
Terigu dari gandum utuh 150 gram
Gula pasir 120 gram
Butter 120 gram
Telur dua butir
Garam sejumput
Baking soda 1 sendok teh

Cara Membuat

  1. Hancurkan pisang dengan sendok
  2. Campur semua bahan di mangkuk dengan mixer.
  3. Tambahkan pisang ke dalam adonan. Aduk dengan tangan atau mixer hingga tercampur.
  4. Masukkan adonan ke dalam loyang yang telah diolesi margarin.
  5. Masukkan loyang ke dalam oven yang telah dipanaskan. 
  6. Panggang dengan suhu 170 derajat selama 30 menit. Lanjutkan 120 derajat selama 20 menit.
Tadaa...simple kan...hehe... Yuk mari memasak..biar lebih hemat dan keluarga sehat!

Thursday, September 15, 2016

Olahraga 30 menit per hari

Seiring bertambahnya umur, kesadaran saya akan pentingnya menjaga kesehatan makin meningkat. Bukan sekedar makan buah tiap hari biar sehat, tapi mencakup olahraga, menambah asupan sayur (dulu saya suka mengganti sayur dengan buah saja) dan buah secara signifikan, tidur cukup, dan berusaha mengurangi stress.

Kenapa? Ya itu tadi..faktor U. Setelah memasuki usia 30-an, saya melihat bagaimana para orang tua, saudara, dan orang-orang yang saya kenal menua. Beberapa di antaranya menua dan sakit (parah ataupun tidak). Almarhum Ayah saya yang selama masa hidupnya selalu sehat pun, ditakdirkan meninggal mendadak pada usia 64 tahun karena serangan jantung. Ibu saya alhamdulillah masih sehat, tapi memiliki tumor tiroid yang cukup berbahaya. Dua minggu lalu sepupu saya, yang kira-kira seumuran dengan ibu, meninggal karena kanker tiroid. Beberapa saudara lain terbaring karena stroke ataupun diabetes. Padahal rentang umur mereka masih 50-60an, masih cukup muda.

Apalagi untuk ukuran orang-orang di negara maju seperti di Jerman. Orang-orang yang berumur 60an masih tampak seperti berumur 40an di mata saya. Sangat berbeda dengan di Indonesia. Harus diakui, kebiasaan makan dan hidup orang Indonesia masa kini sangat jauh dari sehat. Makan gorengan, bersantan, nasi berbakul-bakul (lebay), selesai makan minum es teh manis yang gulanya banyak, eh..selesai makan cuma duduk-duduk atau lebih parah lagi, tidur-tiduran sambil main HP. Ya kan? Ngaku deh.

Saya juga suka banget kayak gitu. Perut gendut saya adalah hasil perilaku hidup seperti itu. Gimana dong? Lagian semua pasti tahu, menolak makan gorengan itu seperti menolak surga (lebay lagi). Makan sambel pedes tentu tak lengkap tanpa nasi sepiring penuh. Plus kerupuk. Plus rendang. Atau sop iga. Terus gimana dong? Gimana ga gendut? Gimana mau sehat? Apa kabar kolesterol?  Dan lain-lain. Dan lain-lain.

Usaha minimum saya yang pertama adalah: Sarapan Sehat. Bangun tidur, minum air putih minimal segelas. Lalu lanjutkan dengan buah-buahan, biasanya saya makan apa yang ada: apel, atau pisang, atau anggur, atau melon. Selain untuk diri sendiri, saya juga mewajibkan Alif dan ayahnya untuk minum air putih dan makan buah. Setelah air putih dan buah, bebas dilanjutkan dengan makanan lain, misalnya: sereal pake susu atau roti (whole wheat) keju (bukannya sok gaya, tapi yang ada dan praktis memang itu). Untuk menutup sarapan, saya biasa minum teh hijau (tawar) 1-2 gelas, lalu jika harus ke perpustakaan, maka saya tutup dengan segelas kopi pahit.

Untuk makan siang, masih suka-suka. Kalo ada nasi dan lauk sisa malam sebelumnya, maka bekal makan siang saya isinya: nasi dan rendang/ayam/telor dan potongan ketimun atau tomat. Jika tidak ada nasi, maka bekal saya hanya roti dan keju plus telur rebus ditambah sayuran mentah (tomat/ketimun/selada). Saya usahakan porsi sayurnya besar..lebih besar dari porsi sayur saya jaman jadul.

Untuk makan malam, ini masih berat, karena makanan terenak biasanya dikeluarkan pada makan malam :(. Udah pasti makan nasi dengan lauk rendang/ayam/soto/dll dengan sambal, kadang dengan kerupuk. Antisipasinya gimana dong? Makan sayurnya duluan, dan perbesar porsi sayur. Setelah sayur habis, baru deh nikmati sisanya. Nasi secukupnya saja. Kalo setelah makan malem masih pengen ngemil, ambil buah atau joghurt. Daan..usahakan makan malam selambat-lambatnya jam 6.30 malam. Beberapa kali kami masih makan malam jam 7 sih, tapi diusahakan paling lambat jam 6.30.

Kalo laper tengah malam? Ambil joghurt, buah, atau minum susu. Walopun beberapa kali saya suka masak indomie tengah malem.. Harusnya memang ga usah beli2 deh jajanan ga sehat itu..biar ga mupeng kalo lagi laper.

Terkait olahraga, ini penting banget juga kalo mau bugar. Karena makan sehat saja tidak cukup. hampir semua penyakit degeneratif bisa diperlambat (atau dilawan) dengan olah raga. Mau jantung lebih sehat, ayo olahraga rutin. Mau berusaha jauh dari kanker, juga harus olahraga rutin. Mau terhindar dari diabetes, juga harus olahraga rutin. Yang saya pelajari selama tinggal di Jerman, slogan-slogan agar orang berolahraga bukan sekedar basa-basi. Mereka betul-betul rutin berolahraga. Anak-anak sekolah dan mahasiswa biasanya ikutan ekskul olahraga di sekolah/kampus. Para dewasa muda biasanya jogging sore atau fitness. Tapi kesadaran individu soal berolahraga memang sangat tinggi.

Ini yang beberapa waktu belakangan sedang saya lakukan. Olahraga minimal 30 menit perhari, jumlah paling minimal sesuai anjuran dokter, bila ingin hidup lebih sehat dan terhindar dari penyakit-penyakit berbahaya. Saya melakukan Zumba dari youtube selama 30-40 menit, diusahakan setiap hari. Tapi jika saya hari itu bekerja, maka tidak perlu lagi ber-Zumba (kerjanya udah kayak angkat beban -_-). Pengennya sih jogging 30 menit per hari, tapi entah kenapa saya malas buat keluar rumah dan jogging. Lebih praktis kalo tinggal ngidupin youtube. Tidak ada target unrealistis (misal: mau kurus, perut rata, dll) untuk olahraga saya. Hanya harapan untuk tetap sehat dan bisa mendampingi keluarga selama mungkin.  

Saya paham bahwa umur manusia hanya Tuhan yang tahu. Tapi tentu tidak ada salahnya berusaha, bahkan wajib berikhtiar untuk mengusahakan hidup yang lebih sehat. Lagipula sakit di Indonesia itu mahal..lebih baik saya bersusah-payah membangun kebiasaan sehat daripada menghabiskan uang banyak untuk berobat.

Untuk Alif, tidak terlalu sulit. Dia sudah terbiasa makan sayur (walopun harus dibawah pengawasan ketat) dan buah. Dia akrab dengan makanan sehat khas Jerman yang disajikan di sekolah serta sudah terbiasa dengan cemilan sehat seperti: joghurt dan buah. Kami jarang sekali beli jajanan kemasan manis-manis untuk Alif. Hanya sesekali beli jika kami akan melakukan perjalanan. Begitu pun minuman. Hanya susu, jus tanpa gula, dan air putih.

Sementara untuk ayahnya Alif, lebih sulit. Dari jaman dulu dia paling suka makan enak, ngemil gorengan, makan nasi banyak, begadang sambil ngemil, ngemil chips, dan ga terlalu doyan sayur :(. Belum lagi dia masih merokok. Seringkali kami berantem gara-gara kebiasaan makannya, merokok, dan kemalasan beliau berolahraga. Lalu saya berusaha lebih halus. Orangnya memang harus sadar sendiri. Udah lumayan sih, sekarang tiap pagi minum air putih, makan buah (masih kadang-kadang), dan minum teh hijau. Walaupun porsi karbonya masih paling banyak. Olahraga yang dilakukan ayahnya alif pun yang minimal saja: jalan kaki antar jemput Alif dari rumah ke TK. Lumayan, total waktu jalan kaki 1 jam sendiri. Itu udah lumayan banget daripada jaman kita masih di Indonesia, yang terbiasa ke mana-mana naik motor. Ga pernah olahraga, dan makan ga terkontrol. 

Yah..namanya juga usaha..yang penting tetap konsisten walopun minimalis. Semoga sih, kita tetap bugar sampai tua dan di masa tua tidak menyusahkan anak-anak dan kerabat (dengan menjadi lansia yang sehat).

Semangat-semangat!!

Tuesday, August 9, 2016

Pengen pulang mak?

Mungkin saya memang pengen pulang ke Indonesia. Hari ini, saya mere-write CV saya dengan sangat serius demi melamar sebuah posisi di kantor lama saya. Kalo kata seorang teman, hidup itu sawang sinawang. Lagi di sana, pengen ke sini, lagi di sini pengen ke sana. Bukannya saya tidak menikmati waktu saya di sini. Saya menikmati kok. Makanya saya juga akan mencoba melamar ke beberapa posisi di sini. What comes first, comes first aja deh sekarang mah. Di Indonesia ataupun di sini, sama-sama baik.

Salam curhat,

Monday, August 1, 2016

Let´s moving on..

Bisa melakukan perjalanan ke berbagai tempat tentu menyenangkan buat saya. Mengenal tempat baru, bertemu dengan orang-orang yang  belum pernah saya jumpai sebelumnya, berkunjung ke tempat-tempat baru, mencicipi makanan dan minuman yang berbeda, mendengar dan belajar bahasa yang berbeda, sungguh menimbulkan perasaan tersendiri.

Tapi berkunjung dan menetap mempunyai makna yang berbeda. Ketika berkunjung 1-2 minggu di suatu tempat baru, kita tahu pada akhirnya kita akan kembali ke tempat kita menetap. Nah sebagai orang yang selalu dirantau, seringkali saya sangat antusias sekaligus berat hati ketika sampai di ujung sebuah babak kehidupan.

Misalnya, ketika harus pindah dari Kuningan ke Bandung selepas sekolah menengah pertama. Harus meninggalkan zona nyaman yang telah saya tempati selama 15 tahun hidup saya saat itu, tentu berat rasanya. Ingin rasanya tetap tinggal dan memilih sekolah menengah yang bisa dijangkau 15 menit saja dari rumah. Ingin rasanya tetap bersama teman-teman baik saya. Ingin tetap berada di tempat-tempat yang saya sudah sangat terbiasa dengannya. Tapi keputusan sudah diambil, saya harus melanjutkan tahapan selanjutnya di kota lain.

Ketika selesai SMA, kembali saya harus meninggalkan wilayah aman saya dan menuju tempat baru, dari Bandung, saya harus pindah ke Jatinangor. Membereskan barang-barang untuk di packing selalu tidak mudah. Sulit. Galau.

Selepas dari Jatinangor sambil mencari pekerjaan, hidup saya kembali nomaden tak tentu arah. Dua minggu di Kuningan, dua minggu di Depok, dua minggu di Jatinangor. Dan seterusnya. Hingga akhirnya menetap di kosan Mampang selama dua tahun, sampai kemudian menikah dan pindah ke rumah kecil kami di Depok.

Baru saja menikmati "kenyamanan" menetap, keputusan lain yang mengubah segalanya telah diambil. Kali ini harus berpindah ke negara yang sungguh asing. Rumah kami ditinggalkan tanpa dibereskan dengan layak, mengingat begitu padatnya waktu menjelang keberangkatan kami ke Jerman dua tahun lalu.

Hingga akhirnya datanglah saat ini, saat-saat yang menimbulkan perasaan-perasaan galau tak berkesudahan. Should I go? Should I stay? Should I go back? What should I do? Life oh life..it is a constant change. Terkadang saya iri pada teman-teman yang sudah settle, tidak perlu terus bergerak pada setiap tahap kehidupan. Tapi saya tahu saya harus mensyukuri ini. Mensyukuri berbagai kesempatan yang datang. Walaupun kesempatan-kesempatan itu berarti terenggutnya kenyamanan saya. Nothing last forever, Tatat. keep going..keep going and move on..

Saturday, July 16, 2016

...................................................

On Sunday 26th July, I was about to call you, to tell you about our short trip to Marrakesh. To tell you what I saw there, how are the Moslems there fasting, the desert climate, etc. I know you love to hear story.. But I thought it was already time for Subuh praying in Indonesia, it supposed that you are not going to take my call. This time differences influenced our communication.

Last February when I was home after two years in Germany, I told you about everything. My life, my study, the people here, cities I've visited, countries I've visited, etc. You listened to me carefully. I told you about my short trip to Den Haag and you listened to it carefully. I know that you know Denhaag, from our nation history, as you love geography (you said Ilmu Bumi) and history subjects at school. I promised my self, even I imagined it already in my head, I'd buy you ticket for Euro trip, to show you Netherlands, Den Haag, and Paris. I remember, you never got on a plane.

Two weeks before you´re gone, 8th June, exactly the last time I heard your voice, I woke you up before Sahur time. It was just Iftar time for me. Your voice indicated that you were just woke up from your sleep. You said things that you usually said to me on the phone, "don't forget to pray. Don't forget to teach Alif to pray and to read Qur'an." You repeated it as always.

Then that morning, 27th July 2016 (22 Ramadhan), I was eating my sahur. First sister called me via Whatsapp. I thought that mother wants to speak with me, as they were in the hospital waiting for my niece (he got dengue fever). It turned out that she was crying. She said that you're gone. All of the sudden. You had no pain or sickness. Once you've told me about your cholesterol. But just that. No major pain or anything else. Even you've called second sister this morning. So normal..

Maybe this is why, I kept thinking on this quite oft lately. What if you or mom suddenly go forever..or what if I go first. If I ask myself whether I regret my self for what I havent't done yet, of course. There will be no enough time for everything..Even my previous posting is a poem from a "Ema" which then I changed to to "Apa" just a minute before. Several weeks ago, I read some articles about "how to cope with lost and sadness", that kind of article. I didn´t know why I was so interested to read them. Is it what people called "firasat" (specific feeling about what would happen)?

I believe in "takdir Allah", a final destiny for human being. I know that this finally will happen to everyone. It is just a matter of time. But still..isn´t it too early? Or is it just me who could not forgive myself about things that I haven´t done for you?.

I remember your life after you and mom divorced, around 2002. It must be a very lonely years for you, the last 15 years. You did everything alone. Eat, pray, sleep, all alone. It is what I regret the most. It is what I regret the most. Even though I know that all of us, will be alone at last. It is what I regret the most.

I hope that we will meet again someday. I hope to see you again someday. And I will tell you everything, what I want to tell you. Until that day, may Allah places you in the best place. May Allah accept all your good deeds. May Allah forgive all your wrongdoings. May Allah leads me to His way, so we can meet again someday. May Allah grants me ikhlas and sabr.

Monday, June 13, 2016

Anaking*

Anaking, anak Apa**
kiwari Apa geus nepi
ka lembur anu sabenerna,
lembur nu beda
jeung lembur urang baheula.

Anaking, anak incu
mun isuk-pageto
hidep sono hayang papanggih jeung Apa,
tuluy hidep baralik ka lembur jiga baheula,
omat tong angkaribung barang bawa,
sabab Apa
geus lain Apa anu baheula!

Anaking, kamelang Apa!
mun hidep nyaah ka Apa,
teu kudu bingung mulang tarima,
tapi cukup bejaan Apa:
yen hidep geus jadi jalma soleh,
geus jadi hamba Alloh ahli ibadah
bari salawasna terus ngadu’a
sangkan aya dina ridlo Anjeuna

Anaking,
mun hidep nyaah ka Apa,
cukup bejaan Apa:
yen hidep nyaah ka Apa,
akur jeung dulur,
runtut-raut sauyunan
silih hargaan silih elingan
silih tulung silih bantu
gogonjakan jiga baheula!

Anaking,
pang bejakeun ka anak incu hidep,
yen Apa nyaah ka hidep!
nyaah ku lucu na,
nyaah ku bela na,
nyaah ku sumanget na!

Bejakeun ka kulawarga hidep
Apa geus nepi ka nu dituju,
Apa rek satia nungguan,
di dieu,
di hareupeun panto surga!

Anaking, anak-incu,
wayahna, baca ieu surat saeutik deui!

Apa hayang mere beja
nyambung beja anu baheula:
nu manfaat di dieu, di alam baka;
geuning lain harta, lain tahta,
lain pangkat, lain jabatan,
tapi wungkul
amal soleh waktu di dunya
nu dibungkus iman jeung katakwaan!

Ayeuna ku Apa geus karasa,
geus karasa!
karasa endahna solat jeung puasa,
karasa endahna zakat,
karasa endahna mikanyaah fakir-miskin,
karasa endahna akur jeung dulur,
bari heman ka tatangga!

Anaking, anak-incu,
mun hirup hidep kadungsang-dungsang,
mun hidep loba ma’siat tibatan tobat,
loba takabur batan tafakur,
loba sasar batan istigfar,
loba salah batan ibadah,
omat Apa tong dibejaan,
sabab teu sanggup ngadengekeunana!

Anaking,
hampura, hampura
du’akeun Mamah jeung Apa hidep.

*anonim dari salah satu grup WA
**dimodifikasi dari "Ema" ke "Apa"

Wednesday, June 8, 2016

Melawan malas

Tahu kan gimana beratnya masa-masa ketika kita harus mengerjakan skripsi? Nah..sekarang masa-masa itu tiba lagi. Doakan saya bisa kuat melawan diri saya sendiri..melawan kemalasan dan niat-niat untuk procrastinating yang tidak pada tempatnya.. Amiin..


Monday, May 30, 2016

Alif´s art class

Beberapa postingan yang lalu, saya pernah tulis tentang kegiatan balita yang agak-agak terstruktur, misalnya meronce sedotan, atau main apalah yang harus disiapin dulu sama ortunya. Tapi berhubung saya ibu yang pemalas sibuk, jadi ya kegiatannya juga ga ribet-ribet seperti layaknya mamah-mamah crafty..hihi..Seringnya saya lebih milih mengajak Alif (3,5 tahun) jalan-jalan keluar naik sepeda, menuju ke playground, terus dibiarin manjat, maen perosotan, main pasir atau metikin bunga rumput, karena ibunya ga perlu repot-repot nyiapin ini itu :p


Nah sejak beberapa minggu lalu, saya kembali ikut-ikutan ngajakin bocah buat banyak melakukan kegiatan yang agak-agak berbau seni, semacam mewarnai pake cat air, main finger print, atau gunting tempel. Lumayan buat alternatif kegiatan biar Alif ga minta nonton. Selain itu, si Alif ini anaknya sangat tidak sabaran..sering karena tidak sabar, dia grasak-grusuk sampai air/susu sering tumpah, sering jatuh lalu kesakitan, atau sering marah-marah -_-. Jadii...demi melatih kesabaran, ketelitian, dan memupuk kreatifitasnya, saya mulai menggiatkan lagi kegiatan seni-seniannya.

Karpet hasil nemu di gudang, ga khawatir kena cat atau kotoran :D

Berhubung mamak malas, kebanyakan peralatan saya beli jadi aja..haha..ga ada cerita bikin play dough sendiri, bikin finger print sendiri, atau ngprint printable activity dari internet :p. Kebetulan di Amazon saya menemukan craft book seri Mini Künstler (little artist) buat anak mulai 3 tahun, yowis lah..itu aja. Harganya pun cukup murah..Daripada saya jajan-jajan, ngopi-ngopi atau belanja ga jelas, mending beliin itu deh. Mungkin kalo nanti punya print warna sendiri bolehlah ngeprint-ngeprint juga. Waktu art class nya juga tidak terjadwal, seingatnya emak aja :p. Seringnya kamis/jumat sore dan akhir pekan, terutama kalo ayah/ibu lagi segan jalan ke playground. Atau kalo yang tidak ribet semacam mewarnai atau menggambar, biasanya saya tawarkan setiap sore/malam. Karya yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan itu biasanya kami tempel di pintu lemari.

Craft book Mini Künstler praktis sekali, alif tinggal gunting, kasih lem, tempel, lalu warnai
Biar ga bosan, kadang-kadang saya cuma kasih gunting dan kertas, atau kuas, cat dan toilet paper roll, atau barang apapun yang bisa dicat atau diwarnai. Biarin aja terserah dia mau diapain. So far anaknya juga senang banget kalo diajakin main seni-senian ini. Kalo pas ditawarin gamau, ya udah..biarin aja. Emak berharap anaknya bisa belajar lebih sabar, lebih teliti, dan belajar menyelesaikan sesuatu sampai tuntas dengan kegiatan-kegiatan ini. 






 

Saturday, May 7, 2016

Liburan boleh nonton

Selama long weekend ini hampir tiap hari pagi-pagi si #Alifdipantara nanya,

Alif           : hari ini Alif sekolah ya?
Ibu/ayah : ngga, hari ini libur

Kemudian siangnya dia kembali nanya,
Alif.    : Alif mau nonton ya..
Ayah  : kenapa?
Alif     : kan kalo liburan boleh nonton.
Ayah. : (ke saya) kok dia tau kalo liburan boleh nonton
Saya   : "........."

Jadi si bocah lagi di fase menyerap semua yg dia dengar dari ortunya..bahkan sekedar kata-kata yang cuma selintas diucapkan.

Thursday, April 21, 2016

Selamat Hari Kartini!

Kenapa cuma Kartini?
Males saya melihat bahasan-bahasan ini. Yeaa..Kartini is a very great woman at that time, and so other women. Yasudahlah..yasudahlah...

Yang pasti saya mau bahas Kartini masa kini yang jadi inspirasi saya, yaitu: Dian Sastro! Haha..

Saya pertama kali mengenal mbak Dian (SKSD banget) waktu saya suka nebeng baca majalah Gadis punya kakak saya, waktu saya masih SD kelas 6. Saat itu Dian jadi finalis Gadis Sampul tahun 1996, terus menang jadi juara deh. Sebagai pembaca Gadis, saya terbiasa membaca cover to cover, juga ketika ada Dian Sastro di situ.

Kemudian, tibalah masanya film AADC. Mbak dian disebut sebagai tokoh kebangkitan film Indonesia. Deuh..asa lebay. Tapi saya tetep ngefans. Waktu saya kelas 3 SMA, seorang teman sekelas, cowok, memasang poster besar Dian Sastro di kelas.

Ketika saya hijrah ke Jatinangor, ada seorang teman cerita, dia ketemu Dian Sastro di salah satu toilet kampus UI, setelah antrian cewek-cewek menggedor salah satu bilik yang lama banget orangnya ga keluar-keluar. Begitu keluar, ternyata Dian Sastro keluar..haha..ga penting sih ini cerita.

Terus tiba saat ketika Dian Sastro akan menikah. Oh..nikah sama anak konglomerat yang hartanya ga akan habis 7 turunan..normal lah sebagai artis. Tapi kok makin lama mbak Dian makin keren. Punya anak sambil terus lanjut kuliah S2, buka usaha ini-itu, punya inisiatif beasiswa Dian Sastro, dll, dll.

People will say, "ya iyalah dia bisa melakukan apapun yang dia mau..lah suaminya tajir..mungkin ada selusin helper dan nannys yang bisa bantu dia selama kerja." That´s might be true. Tapii...kemudian beberapa hari lalu saya iseng membaca kisah hidupnya. Benar bahwa kakeknya adalah salah satu tokoh nasional pejuang kemerdekaan, mantan menteri, dan lain-lain- Tapi..Dian tidak tumbuh dalam gelimang harta dan berbagai kemudahan atau privilege. Dia tumbuh dalam keluarga tidak harmonis, orang tua bercerai sejak dia kecil (waktu kelas 3 SD). Ibunya berjuang sebagai single mother untuk membesarkan dan membiayai Dian. Ketika umur 13 tahun, sang ayah pergi untuk selamanya. Sang Ibu lah yang kemudian mendidik Dian begitu keras, tentang perjuangan hidup.

Pada tau ga kalo Dian waktu kuliah S2, ngerjain tugas kuliah sambil nyusuin anaknya malem2? Nanny pasti ada lah di rumahnya..tapi nyusuin malem-malem kan ga bisa digantikan oleh siapapun. Ngerjain tugas kuliah juga tentu ga bisa digantikan oleh siapapun, kecuali kalo anda orang bodrek yang cuma mau dapet gelar doang. 

Nah, dari kisah hidupnya, saya jadi makin paham, kenapa Dian terlihat begitu kuat, begitu keren. Sebagai seorang ibu dengan dua anak, sebagai istri, sebagai artis, sebagai pengusaha.

Suami Dian datang dari keluarga Sutowo yang ningrat dan tajir. Tapi keluarga intinya pun bukanlah keluarga harmonis. Bapaknya punya simpanan, dll. Tipikal kehidupan keluarga super tajir Indonesia. Saya yakin, sebagai dua orang yang berlatar belakang keluarga bercerai, mereka akan lebih bijak dalam rumah tangganya. Ini sekaligus bantahan saya untuk orang tua-orang tua yang melarang anaknya menikah dengan orang yang orang tuanya bercerai. Hellow..memangnya orang itu bisa milih untuk terlahir di keluarga yang harmonis atau tidak? 

Yasudahlah ya..Saya cuma mau bilang, semoga saya tetap semangat menjalani hari-hari dan kewajiban saya, sebagai ibu, sebagai istri, sebagai mahasiswa, sebagai perempuan yang ingin menjalani pekerjaan sesuai passion, sebagai ibu dan istri yang mau keluarganya hidup sehat, dll, dll... Kalo Mbak Dian aja bisa, kenapa saya ngga? *hihihi. Anak-anak yang kuat lahir dan dididik oleh ibu-ibu yang kuat. *ga ada hubungannya dengan stay at home atau working mom, keluarga cerai, atau ga cerai*. So, stay strong, ladies!

Back to the title, Selamat Hari Kartini, perempuan Indonesia! You are all awesome ;)

Saturday, April 16, 2016

ICH - Chairil Anwar*

Wenn meine letzte Stunde naht
Soll niemand mich beweinen
Auch du nicht

Wozu die Tränen und die Klagen

Ich bin ein wildes Tier
Das verstoßen ward von seinem Rudel

Auch wenn Kugeln meine Haut durchbohren
Stürm' ich doch weiter wütend voran

Renne trotz Wunden und Gift
Renne
Bis aller Schmerz und alles Leid vergehen

Dann ist mir erst recht alles egal

Leben will ich noch tausend Jahr'.

(März 1943)
übersetzt von Berthold Damshäuser




*aus: Berthold Damshäuser und Ramadhan K.H. (Hrsg.): Gebt mir mein Indonesien zurück! - Eine Anthologie moderner indonesischer Lyrik.

Thursday, April 7, 2016

Belajar Bahasa Jerman #2

Belajar bahasa Jerman susah ga sih? Sebagai orang Indonesia dan orang Sunda yang tata bahasa nya ga rumit, belajar Bahasa yang kata benda nya terdiri dari tiga jenis (maskulin, feminin, dan netral) tentu cukup membingungkan. Belum lagi bentuk kata kerja yang selalu berubah-ubah mengikuti waktu atau pasif-aktifnya. Plus aturan kasus dativ-akkusativnya. Hadeuh..tulung!!

Belajar bahasa Jerman ga cuma bisa dilakukan di ruangan kelas yang membosankan, tapi bisa dimana saja. Misalnya, beberapa hal yang saya alami akhir-akhir ini.

Kejadian #1
Saya sedang menunggu bis yang sudah terlambat beberapa menit dari jadwal seharusnya. Di halte tersebut ada seorang nenek yang juga sedang menunggu bus yang sama. Mungkin karena bosan menunggu bus datang, nenek tersebut mulai berbicara basa-basi pada saya. Dia berbicara tentang jalanan depan kami yang sangat berisik..bahwa jika berjalan kaki, dia selalu menghindari jalan besar karena tidak mau mendengar berisiknya kendaraan yang lalu lalang. Saya menimpali, bahwa dari apartemen saya juga suara ramai jalanan cukup terdengar. Kemudian kami masih mengobrol tentang hal-hal remeh temeh lainnya. Bahwa nenek itu lebih suka jalan-jalan di hutan yang tenang, dan lain-lain. Ketika bus sudah terlihat, nenek tersebut bertanya,

Nenek  : "Wie lange haben Sie schon hier in Osnabrück?" (berapa lama anda sudah tinggal di Osnabrück?)
Saya    : "Ich bin schon hier fast 2 Jahre" (saya sudah tinggal di sini selama hampir dua tahun).
Nenek :  "Aber Ihre Deutsch ist schon sehr gut. Sie können schon mit uns unterhalten." (tapi bahasa Jerman anda sudah bagus. Anda sudah bisa mengobrol dengan kami).
Saya   : (dalam hati: ahseeek). Danke *sambil senyum-senyum ge-er* :D

Kejadian #2
Tadi pagi saya berangkat sendiri naik bis dan duduk sebelahan sama seorang ibu umur 50an yang seringkali menyapa Alif (kalo saya naik bis sama dia). Kami duduk sebelahan dan mulai ngobrol basa-basi tentang cuaca, tentang si Alif yang udah masuk Kindergarten, dll. Mendekati tujuan akhir kami, dia bertanya dari mana asal saya dan sudah berapa lama di Jerman. Percakapan yang hampir sama dengan atas kembali berulang. Ahseek *kembali senyum-senyum ge-er*. Obrolan berlanjut sedikit tentang komunitas Indonesia,

Saya      : Es gibt eigentich viele IndonesierInnen in Deutschland, insbesondere in größe Städte wie in Berlin, Hamburg, Bonn, Köln. Leider nicht zu viele in Osnabrück. Aber ja..gut Ich kann auch mit andere Leute befreunden." (Sebenarnya banyak orang Indonesia tinggal di Jerman, terutama di kota besar seperti di Berlin, Hamburg, Bonn, Köln. Sayangnya tidak terlalu banyak di Osnabrück. Tapi tidak apa-apa, saya jadi bisa berteman dengan orang-orang lainnya).

Ibu baik hati  : "Ja..und auch nicht gut wenn man nur mit der Leute aus eigenem Land immer zusammen, dann verbessert die Sprache auch nicht." (Ya..dan kalo orang mainnya cuma sama orang yang senegara juga ga bagus, bahasa Jermannya pun tidak akan bertambah bagus).

Tuh kan..walopun merasa diri ga Pede kalo ngomong Jerman, tapi ternyata kata orang udah lumayan. Cuma butuh banyak latihan aja buat lebih memperlancar. Jangan takut diketawain, biasanya orang malah menghargai usaha kita untuk ngomong pake bahasa mereka.

Nah kalo mau lancar berbahasa Jerman, jangan lupa dipakai bahasanya..biar ga menguap. Percuma kan kita udah nguasain grammar kalo ga pernah latihan ngomong.

Perjalanan belajar bahasa Jerman saya pernah ditulis juga di sini dan di sana.

Monday, April 4, 2016

My two cents about traveling


Ada hal lucu yang akhir-akhir ini bikin saya senyum-senyum. Hal ini berkaitan dengan traveling atau melakukan perjalanan. Sejak 10-15 tahun terakhir, traveling sebagai satu aktifitas benar-benar booming. Terutama di kalangan kelas menengah. Saya dan banyak teman-teman, blogger, serta mayoritas manusia di seluruh dunia akan mengakui traveling sebagai hobi dan sebagai passion utama. Lebih spesifik lagi, banyak yang mengaku punya hubungan khusus dengan traveling. Seorang teman asal Vietnam mengaku sangat menyukai traveling karena kakeknya dulu juga suka traveling. 

Ada lagi yang bilang, traveling itu cara hidup, bukan gaya hidup. Adalagi quote mengatakan, "The World Is a Book and Those Who Do Not Travel Read Only One Page." Serta banyak banget orang membagi quote-quote semacem: “Merugilah orang-orang yang tidak melakukan perjalanan.” Yang kemudian banyak orang merasa, kalo udah traveling kemana-mana berarti hebat. Atau banyak teman-teman di kampong halaman yang memandang hebat orang yang merantau jauh, apalagi sampai ke luar negeri.

Sebenarnya sih tidak ada yang aneh dengan mengakui traveling sebagai hobi. Tapi yang menurut saya agak lucu, banyak orang yang merasa hanya dia saja yang punya hobi atau punya hubungan khusus dengan traveling. Padahal, mayoritas manusia kelas menengah di dunia−yang setidaknya ga perlu mikirin day to day survival− hobi utamanya ya traveling, bahkan sejak jaman belum ada pesawat terbang. Jadi punya hobi traveling itu biasa aja bro, sis.

Saya kemudian kepikiran bagaimana dengan orang-orang yang ga punya uang untuk traveling? Bagaimana dengan keluarga-keluarga yang cuma punya uang untuk makan hari itu? Bagaimana dengan orang yang punya keterbatasan fisik atau sedang sakit? Masihkah anda mau membagi kata-kata “those who do not travel read only one page of a book”? Apalagi posting quotenya dibarengi dengan posting foto-foto hasil liburan terbaru.

Kalo ditelaah lebih jauh dalam diri sendiri, seringkali saya bertanya-tanya. “Apa sih tujuan lo traveling? Buat gaya-gayaan di sosmed kah? Atau buat ngisi blog biar kemudian orang terkagum-kagum sama isi blog lo? Mau pamer daftar negara yang pernah dikunjungi?“ #jleb. Waktu masih jaman ababil di sosial media, beberapa hal di atas benar adanya pernah saya rasakan (yakin lo sekarang ngga lagi? #uhuk).

Jujur aja, sekarang saya lebih realistis. Saya melakukan perjalanan karena ingin mengenal tempat, orang-orang, makanan dan kehidupan lain di tempat tujuan. Saya melakukan perjalanan karena kemudian ingin menulisnya di blog saya dan teman, agar bisa menghasilkan uang..haha (kurang realistis apa coba?). Saya melakukan perjalanan untuk mengenalkan kepada anak saya bahwa dunia tidak hanya selebar batas-batas geografis, agama, status sosial dan ras.


Tapi perjalanan yang saya maksud pun bukan berarti perjalanan jauh naik bis, kereta, mobil, atau pesawat terbang. Perjalanan ini ga harus selalu ngabisin duit tabungan hasil kerja berbulan-bulan. Atau ngabisin jatah yang harusnya dipake buat bayar utang atau buat tabungan pensiun #eh. Atau ngabisin duit yang seharusnya buat tabungan pendidikan anak (#emakemakbanget). Bahkan sekedar jalan-jalan di sekitar rumah atau di taman saya anggap sudah cukup. Banyak hal sederhana yang bisa dijadikan bahan mengobrol dengan anak. Tentang anak-anak lain yang main di playground, tentang bebek-bebek di danau, tentang bentuk awan yang terlihat seperti bola, dan lain-lain.


Terus intinya mau ngomong apa sih? Ya ga ada sih..Cuma catatan pengingat buat diri sendiri biar ga takabur. Biar ga lupa sisihkan uang buat zakat dan bayar utang. Biar ga lupa ngisi tabungan pendidikan anak dan tabungan pensiun. Biar rajin kerja dan selesaikan kewajiban, lalu kemudian bisa menikmati waktu untuk hal-hal yang disukai seperti baca buku, makan enak, dan tidur. #teuteup :D.  
 
 Oh ya..dan jangan lupa untuk mampir ke blog saya dan teman-teman ya ;).


Wednesday, March 30, 2016

Debat sama balita*

Lagi-lagi mau cerita tentang perkembangan bahasa si Alif (3 tahun 4 bulan).

Berangkat sekolah
Saat itu saya masih siap-siap. Pake pelembab muka, pake jilbab, ambil jaket, dll. Sementara Alif udah siap pake sepatu dan jaket lengkap (dibantu ayahnya). 

Alif:     "Ibu, cepet dong. Alif udah siap, kamu belum. Ayo cepet..kalo kamu lama nanti Alif tinggal."
Saya:   ....................

Pipis di klo kecil aja
Kalo ini baru kejadian hari ini. Saya dan si kucrit bener-bener debat adu argumentasi -_-. Dimulai dengan ketika dia pengen pipis. Dia lari menuju töpchen-nya, toilet duduk kecil yg ditaro di lantai. Biasa dipakai kalo saya atau ayahnya sedang tanggung ngerjain yang lain sementara bocah udah kebelet. Tapi karena saya lagi ga sibuk, saya meminta dia untuk pipis di kloset besar dengan bantuan saya. 

Ibu:  "Alif pipisnya di klo besar aja." (Klo besar=kloset biasa dengan tambahan dudukan. Alif masih perlu dibantu untuk ngambil dan naro dudukan di atas kloset serta untuk naik duduk di atasnya)
Alif: "Ngga..Alif mau di klo kecil aja.."
Ibu: "Alif pipis di klo besar aja..kan ibu lagi ga sibuk..jadi bisa bantu Alif naik ke klo"
Alif: "Alif mau di klo kecil." (sambil duduk di klo kecilnya dan mulai pipis di situ)
Alif: "Ibu..Alif udah selesei pipisnya." (yang artinya minta tisu).
Ibu: "Ya udah terserah..kamu ga dengerin ibu disuruh pipis di klo besar..ibu ga mau buang pipisnya." (kalo pipis di klo kecil, saya harus buang pipisnya dan bilas tempat pipis pake air)
Alif : "Ibu..Alif udah selesei.."
Ibu: "terserah Alif aja." (tetep ga nyamperin dia untuk ngasih tisu basah dan buang pipis seperti biasa).
Alif : "Ibu..Alif marah...Alif kan udah bicara baik-baik.."
Ibu: "ya kamu kenapa ga mau pipis di klo besar? Klo kecil itu dipake kalo ibu sama ayah lagi sibuk. Kalo ayah dan ibu bisa bantuin Alif, kamu pipis langsung di klo besar."
Alif : "Alif ga suka klo besar..Alif marah..Alif udah bicara baik-baik kok." 
Ibu : "Alif juga ga dengerin Ibu. Kan ibu udah bilang..anak besar tuh pipisnya di Klo besar..Anak besar kan pipisnya di Klo besar."
Alif: "Tapi Alif ga mau..Alif udah bicara baik-baik loh..Alif marrah." 
Ibu : .....................
Alif: "Alif udah bicara baik-baik..Alif marah"
Ibu : "Ya udah sini Alifnya...". *mau meluk biar ga marah"
Alif : "Alif ga mau..Alif marah..Alif udah bicara baik-baik..Alif mau tidur aja." 
----
Moral of the story
Saya senang ternyata dia mendengarkan nasehat saya..untuk tetap bicara baik-baik walopun lagi marah..untuk tidak agresif walopun lagi marah. Tapinya...saya masih sering terkaget-kaget melihat perkembangan dia..Masih bocah dan urusan pipis aja udah bikin pusing kepala argumentasinya T_T

*catatan biar ga lupa tahapan perkembangan si Alif

Monday, March 21, 2016

Family Portrait --- Pink

 Lagu yang selalu berhasil membuat saya terdiam, cenghar tapi kemudian mengaburkan pandangan mata.

Momma please stop cryin, I can't stand the sound
Your pain is painful and its tearin' me down
I hear glasses breakin as I sit up in my bed
I told dad you didn't mean those nasty things you
Said


You fight about money, bout me and my brother
And this I come home to, this is my shelter
It ain't easy growin up in World War III
Never knowin what love could be, you'll see
I don't want love to destroy me like it has done
My family


Can we work it out? Can we be a family?
I promise I'll be better, Mommy I'll do anything
Can we work it out? Can we be a family?
I promise I'll be better, Daddy please don't
Leave


Daddy please stop yellin, I can't stand the sound
Make mama stop cryin, 'cause I need you around
My mama she loves you, no matter what she says
Its true

I know that she hurts you, but remember I love
You, too


I ran away today, ran from the noise, ran away
Don't wanna go back to that place, but don't have
No choice, no way
It ain't easy growin up in World War III
Never knowin what love could be, well I've seen
I don't want love to destroy me like it did my
Family


Can we work it out? Can we be a family?
I promise I'll be better, Mommy I'll do anything
Can we work it out? Can we be a family?
I promise I'll be better, Daddy please don't
Leave


In our family portrait, we look pretty happy
Let's play pretend, let's act like it comes
Naturally


I don't wanna have to split the holidays
I don't want two addresses
I don't want a step-brother anyways

And I don't want my mom to have to change her
Last name


In our family portrait we look pretty happy
We look pretty normal, let's go back to that
In our family portrait we look pretty happy
Let's play pretend, act like it goes naturally

In our family portrait we look pretty happy
(Can we work it out? Can we be a family?)
We look pretty normal, let's go back to that
(I promise I'll be better, Mommy I'll do
Anything)


In our family portrait we look pretty happy
(Can we work it out? Can we be a family?)
Let's play pretend act and like it comes so
Naturally
(I promise I'll be better, Daddy please don't
Leave)


In our family portrait we look pretty happy
(Can we work it out? Can we be a family?)
We look pretty normal, let's go back to that
(I promise I'll be better, Daddy please don't
Leave)

Daddy don't leave
Daddy don't leave
Daddy don't leave
Turn around please
Remember that the night you left you took my
Shining star?
Daddy don't leave
Daddy don't leave
Daddy don't leave
Don't leave us here alone

Mom will be nicer
I'll be so much better, I'll tell my brother
Oh, I won't spill the milk at dinner
I'll be so much better, I'll do everything right
I'll be your little girl forever
I'll go to sleep at night
 

Tuesday, January 12, 2016

Agar anak mau makan sayur

Sejak setahun belakangan, si Alif (3 tahun), agak sulit kalo disuruh makan sayur. Seringnya dia makan sendiri nasi dan lauknya, tapi menyisakan sayur. Jadilah kami harus menyuapi dia sayurnya. Tapi sejak tengah tahun 2015 lalu, saya menemukan dua cara yang (lumayan) ampuh membuat dia mau makan sayur sendiri.

Dengan memberikan reward
Misalnya, hari minggu nanti sudah dipastikan kami akan mengunjungi teman di Münster. Maka saya akan bilang ke si Alif: "Kalo mau ikut ke Münster (rumah tante Nurma) naik kereta, Alif harus makan sayur. Karena kalo ga makan sayur, nanti kamu gampang sakit. Kalo sakit, Alif ga bisa ikut ke Münster." Hihi..lumayan ampuh ini..nanti dia pasti langsung buru-buru masukkin sayur-sayurnya ke mulut :D

Atau bisa juga dengan bilang gini: "Sebentar lagi winter..turun salju..Kalo Alif mau main salju, harus makan sayur (dan buah) yang banyak. Karena kalo mau main salju, badannya harus sehat. Kalo ga makan sayur, gampang sakit, ga bisa main salju." --> masih logis kan? :D 

Dengan memberi sayur di awal waktu makan, tanpa nasi ataupun lauk
Saya akan bilang ke Alif: "Kalo mau makan ikan/telor/daging dan nasi, habiskan dulu sayurnya ya." Cukup ampuh juga..tapi seringnya saya dan suami kelupaan langsung ngasih naro semuanya barengan di mangkok. Kalo kelupaan, maka saya gunakan jurus pertama.

Dengan memberi contoh
Ini juga udah rumus standar ya..kalo anaknya mau makan sehat, ya ortunya harus kasih contoh. *walopun kadang-kadang saya makan mie instant tanpa sayur juga*.

Untungnya, sejak masuk Kindergarten awal Desember kemarin, kesadaran si Alif untuk makan sayur juga semakin meningkat. Mungkin karena melihat teman-temannya yang lebih besar dari dia sudah mandiri makan sayur sendiri setiap waktu makan siang. Semoga makin lama makin mandiri dan ga perlu diceramahin dulu sebelum waktu makan deh ya..


Sunday, January 3, 2016

Kamera non-digital

Ketika jalan-jalan berdua Alif ke salah satu kota kecil di Niedersachsen (Lower Saxony) minggu lalu, ada seorang ibu sepuh (kira-kira 60-65 tahun) meminta tolong untuk memotret beliau dan dua orang kawannya di tengah Christmas Market. Saya pikir kameranya pastilah kamera digital atau handphone.. Ternyata oh ternyata..kameranya adalah pocket kamera yang masih pake film, yang harus diputer dulu kalo abis ngambil gambar.

Sayapun berusaha mengambil gambar dengan fokus melalui si kotak fokus (namanya apa ya..lupa), sesuai dengan keinginan si Ibu, biar atap gedung di belakangnya juga kelihatan di foto. Setelah mengambil foto, saya bilang bahwa saya ingin mengambil satu foto lagi biar kalo yang pertama kurang bagus, masih ada alternatif foto kedua. Tapi Ibu itu mengatakan tidak usah, karena roll filmnya sudah mau habis dan dia ingin menyisakan satu untuk memotret pertunjukkan musik yang akan segera dimulai. Duh saya jadi ga enak..dan langsung mendoakan semoga hasilnya bagus.

Setelah itu jadi keingetan masa pra-kamera digital..ketika kalo foto yang diambil ga bagus ya udah..apa adanya aja ya :D Masa ketika tidak segampang saat ini untuk menghasilkan foto-foto bagus. Ujung-ujungnya, kok jadi pengen kamera polaroid -_-. Udah ah..stop..stop!