Thursday, September 10, 2015

Far away from home

Bukan..ini bukan cerita lain dari ke-home-sick-an saya. Ini tentang apa yang saat ini terjadi di dunia, khususnya di Eropa, yaitu krisis pengungsi atau enggresnya refugee crisis. Saat ini gelombang pengungsi dari negara yang dilanda konflik seperti Syria dan Afganistan meningkat tajam. Wajar aja sih..siapa yang tahan tinggal di tempat yang setiap hari perang, ada bom, atau terancam dengan kematian setiap saat. Belum lagi para pengungsi ekonomi dari balkan, afrika, dll.

Eropa memang nampak menggiurkan. Keamanan, jaminan sosial yang memadai untuk warganya, sekolah gratis, dll.

Reaksi warga Eropa beraneka ragam. Sebagian menyambut dengan alasan kemanusiaan, banyak yang sinis karena takut Islam akan menguasai Eropa, ada yang takut pengungsi akan mencuri pekerjaannya, makanin duit pajak, dll.

Saya menemukan sebagian besar facebook friends saya yang orang Jerman/Eropa, adalah orang-orang yang pro kedatangan pengungsi. "Kein Mensch ist illegal", "Refugee Welcome", adalah beberapa dari slogan kampanye mereka. Sebagian besar dari kelompok ini adalah mahasiswa dan aktifis, kelompok intelektual organik yang menyadari bahwa privilege yang mereka punya harus digunakan untuk kemaslahatan orang banyak. Kelompok yang menyadari, bahwa negara-negara mereka (Eropa) punya andil dalam menyebabkan atau memperpanjang konflik, sehingga juga harus bertanggung jawab menerima para pengungsi yang datang. Kelompok ini menyadari, bahwa kedatangan pengungsi tidak berarti memburuknya perekonomian..karena pengungsi justru bisa jadi potensi di masa depan..potensi sebagai future tax payers. Terutama di negara-negara yang penduduknya menua seperti Jerman.

Kelompok kedua adalah orang Jerman/Eropa yang agak ditengah. Biasanya mereka bilang "pengungsi dari negara konflik silakan datang..tapi pendatang dari Balkan atau Afrika atau negara yang tidak konflik, mending pulang aja." Kelompok ini lumayan lah..masih punya nilai-nilai kemanusiaan.

Kelompok ketiga, kelompok kanan ekstrem. Kelompok ini jelas pernyataannya: "Ausländer raus!" (orang asing keluar!)..haha..Kelompok ini adalah penjelmaan masa kini Nazi alias Neo Nazi.

Yang membuat saya paling heran dan sampe geleng-geleng kepala..adalah orang asing yang anti pengungsi -_-. Salah satu teman facebook saya (mbak Indonesia yg menikah dengan orang Jerman), ditag status oleh temannya yang tampaknya juga orang Indonesia yang tinggal di Perancis. Statusnya kira-kira mengatakan bahwa para pengungsi itu ancaman buat Eropa..ancaman buat Kristen di Eropa..Eropa akan menjadi mayoritas muslim, kotor dan berantakan. Kalo bisa ngomong langsung, saya mau bilang gini ke si mba yg bikin status "Bahwa orang eropa (yang rasis) menganggap semua manusia kulit berwarna sebagai ancaman..tanpa peduli agamanya. Bahwa meskipun kamu Kristen, orang Eropa juga sebenernya rasis-in kamu yang wanita Indonesia berkulit sawo matang. Bahwa kamu sebaiknya tidak besar kepala dan ikut2an rasis sama pendatang."

Well saya paham..bahwa tidak semua pengungsi/pencari suaka itu baik. Ada yang kemudian jadi mafia trafficking, copet, dll. Ada orang-orang yang datang ke Eropa dengan tujuan hanya untuk menikmati uang jaminan sosial tapi ga mau kerja dan bayar pajak. Tapi bukan berarti semua imigran atau pengungsi itu pasti penjahat, jorok dan pemalas kan? Kalo dilakukan generalisasi, mbak2 penulis status itu juga tentu akan masuk kategori imigran kok walaupun suaminya orang Eropa.

Kemudian ceritanya jadi agak personal. Saya sendiri belum memutuskan apakah akan pulang atau mencari peruntungan di sini setelah lulus kuliah. Tapi pilihan menetap di sini bukan segala-galanya.. Keinginan (suami) untuk menetap pun bukan karena disini semuanya serba enak dan bagus.. No..no.. Saya tetap menganggap Indonesia sebagai my ultimate home (yang mana saya yakin semua pengungsi itu juga pasti merindukan kampung halamannya). Boleh dan bebas saja kan kalo orang lain ingin tinggal di tempat lain untuk suatu masa.. Makanya saya juga kesal kalo ada yang bilang "kalo mau di sini harus ini itu dll.." It's not because here is better than there, but because if we want  to stay in foreign land with foreign people far away from home, we need to prepare ourself to survive."

Buat saya, kalo harus pulang ke Indonesia juga bagus.. Dan bukan berarti saya kalah. Malah enak bisa dekat keluarga, teman, dan makanan enak ;)