Monday, September 23, 2013

Goreng Aci a.k.a Cireng

Ini adalah salah satu makanan kesukaan saya. Goreng Aci/cireng ini adalah makanan khas Jawa Barat yang terbuat dari tepung kanji, kelapa parut plus sedikit garam. Waktu saya kecil, ada yang jual goreng aci plus cuka keliling kampung. Hmm..jajanan favorit bgt tuh.
Waktu mamah dateng, saya segera menyediakan bahannya *soalnya saya belum bisa buat* Hohoho.. Padahal ternyata sih gampang aja. Tepung kanji+kelapa diaduk (kering), tambah sedikit garam biar gurih. Terus tambahkan air panas, aduk dan segera bentuk. Setelah itu goreng deh. Dimakan pake cuka sisa pempek..nyam nyam yummy bgt!

Buat saya, cireng ya sesederhana itu. Ga perlu pake keju, sosis, dll. That's it. 

Friday, September 20, 2013

The Rural Mama

Sejak jadi ibu2, Saya jadi sering nyasar ke web komunitas Urban Mama (TUM). Misalnya, ketika cari info RSIA pro ASI di sekitaran rumah, ttg ASI, menyusui, MPASI, dll, hasil gugling seringkali membawa saya ke webnya TUM. Saya sih melihat bahwa webnya sangat informatif dan bermanfaat buat ibu2 baru seperti saya. 


Saya pun jadi sering cerita tentang si TUM ini pada suami saya. Seperti tadi malam, untuk kesekian kalinya saya bilang ke suami "Si Urban Mama ini keren deh" -sambil kami makan malam dengan semur jengkol dari warung Betawi langganan-


Tetiba si Suami nyeletuk "Mending kamu bikin web The Rural Mama..buat nampung ibu-ibu dari daerah rural yang tidak semampu (setajir) ibu-ibu di TUM". Nyeeh..mulai deh keluar ide anehnya.. Dilanjutkan pernyataan selanjutnya "Ayoo..pasti banyak loh yang ikutan..lagian kamu tuh karakternya ibu2 rural banget..kalo urban mama kan makannya banyak kalo makan steak, pizza, dll. Nah kamu, nambah nasi kalo makan pake jengkol!"


-Sekian-


Nb. Saya belum tertarik bikin smacem TUM sih, apalagi cuma karena saya doyan jengkol :p.

Tuesday, September 17, 2013

Hak dan Kewajiban

"Kadang bicara hak lebih mudah daripada bicara kewajiban,padahal kewajiban kita mungkin hak orang lain" - Dr Tiwi


 Pagi ini pas baca twit di atas dari @drtiwi, rasanya jlebb banget. Fenomena plus pengalaman Saya selama ini, banyak orang yang merasa haknya tidak dipenuhi misalnya dalam pekerjaan. Hak atas waktu kurang, hak atas materi kurang, dll. Tapi sebelum rame-rame menuntut hak, ada baiknya kita merenungkan quote di atas.

Jadi, sebelum kita bermalas-malasan dan melupakan kewajiban, mari ingat-ingat lagi..hak siapa yang akan kita langgar kalo melupakan kewajiban?

Thursday, September 12, 2013

Koantas Bima 510

Sejak dinyatakan diterima di kantor Kp. Melayu pada Maret 2012, saya langsung mencari informasi how to get there. Mengingat ada teman saya di kantor Kemang yang rumahnya di daerah Kramat Jati, jadi saya cukup mendapat gambaran tentang berbagai alternatif transportasi untuk menuju ke sana (selain dibonceng suami naik motor). 

Rumah saya posisinya di Depok tapi bagian yang agak melipir Bogor. Berhubung stasiun kereta terdekat lumayan jauh, praktis saya hanya bisa menggunakan satu moda transportasi: jalan raya biasa. Nah..saya mau cerita tentang salah satu angkutan yang lumayan sering saya gunakan untuk berangkat ngantor ketika tidak diantar suami. 

Saya menyebut jalur ini Jalur Ciputat. Pertama, dari rumah saya jalan kaki ke pangkalan ojeg depan komplek (5 menit). Naik Ojeg ke Jalan Raya Parung Ciputat lewat Gang Bhakti. Dari Gang Bhakti, lanjut angkot 106 (Parung-Lebak Bulus) menuju Pasar Jumat. Dari depan Sekpolwan Pasar Jumat, saya naik Koantas Bima 510 (Ciputat-Kp Rambutan). Terus yang mana yang mau dibahas?

Foto diambil dari sini


Yang mau saya bahas yaitu sedikit tentang dunia perkopaja/permetromini/perkoantas-an di seputar Jakarta. Kenapa sih ujug-ujug pengen bahas tentang ini dan dikaitkan sama perjalanan saya dari rumah ke kantor? Soalnya saya sering dibikin ketar-ketir sama kelakuan kopaja/metromini di jalanan Jakarta selama perjalanan saya. Misalnya ketika saya naik P20. Di belakang saya muncul P20 lainnya. What happen next? Mereka balapan seolah-olah lagi di sirkuit! Balapannya serius banget loh..sampe seringkali hampir saling nabrak atau saling senggol dan bahkan nyenggol kendaraan lain yang ada di jalanan. Bahaya banget kan? Gimana penumpangnya ga deg-deg-serr tuh. Ditambah lagi supirnya seringkali cuma bocah-bocah tanggung yang belum punya SIM! hadeuuh....

Jadi ternyata mereka bertingkah seolah lagi balapan di sirkuit karena mereka rebutan penumpang. Mereka harus rebutan penumpang demi memenuhi target setoran yang harus diserahkan kepada pemilik kopaja/metromini/koantas. Sudah banyak korban yang jatuh karena kelakuan mereka di jalanan. Sampe-sampe Jokowi pun mulai mengambil tindakan serius demi memperbaiki sistem perkopaja/metromini/koantas-an.

sumber foto: dari sini


Balik ke cerita perjalanan saya ke kantor lewat Jalur Ciputat, salah satu yang paling saya sukai dari jalur itu adalah ketika naik koantas bima 510. Sebenarnya si 510 ini berangkat dari pasar Ciputat, menuju Pasar Jumat, kemudian masuk tol di pintu tol Pondok Indah. Tapi saya selalu naik dari Pasar Jumat untuk menghindari kemacetan Ciputat. Memang lebih penuh jika saya naik dari Pasar Jumat, tapi perjalanan lebih singkat. Tinggal masuk tol, keluar tol lagi di Pasar Rebo, turun deh. Si 510 ini juga sungguh tertib di jalan..meskipun di dalemnya udah penuh umpel-umpelan, kondektur tetap mengusahakan agar pintu ditutup ketika masuk tol *tapi yang dipintu meringis kegencet* :D Jalannya pun tidak ugal-ugalan. Sangat hati-hati meskipun sebetulnya bisa ngebut di jalan tol.

Sepanjang ingatan saya, si 510 ini jumlahnya tidaklah sebanyak P20 atau metromini/kopaja/koantas lain. Sempet curiga dia punya semacem timer untuk setiap keberangkatan 510. Dan ternyata..emang bener sodara. Suatu ketika saya duduk di kursi dekat supir, dan si supir sedang ngobrol dengan seorang bapak di sebelah saya. Mereka sedang membicarakan tentang manajemen sistem kopaja/metromini/koantas di (seputar) Jakarta. *Saya memang berbakat nguping loh*

Koantas 510 di tempat ngetemnya (Pasar Ciputat). Foto dari sini


Pak supir menjelaskan bahwa manajemen koantas 510 memang ketat. Ada pengaturan waktu untuk setiap keberangkatan, demi menghindari balapan liar rebutan penumpang di antara sesama 510. Selain itu, selalu ada evaluasi untuk perilaku supir 510 di jalan raya (tentu saja supirnya bukan bocah tanggung dan harus punya SIM). Kalo si supir ternyata ugal-ugalan dan suka kebut-kebutan, bakalan di pecat dari posisi supir. Mereka juga diharuskan mematuhi peraturan lalu lintas dan tidak melakukan pelanggaran. Keren kan? Meskipun sederhana, keteraturan yang diusahakan oleh manajemen 510 ini cukup membuat saya terpesona. Dengan pengaturan waktu keberangkatan, setiap armada punya cukup waktu untuk memenuhi target setoran tanpa harus bersaing dengan armada 510 lainnya. Mereka tidak perlu balapan demi rebutan penumpang. Mereka bisa jalan dengan tenang dan mematuhi peraturan lalu lintas. 

Terus kenapa kopaja/metromini/koantas lainnya ga bisa ngikutin sistem si 510? Ah..entahlah..seandainya saya masih mahasiswa, saya bersedia membantu Pak Jokowi melakukan riset mengenai ini :D 

Btw, besok mungkin terakhir kalinya saya naik si 510. Karena mulai akhir bulan saya pindah kantor lagi ke Kemang :)


Monday, September 9, 2013

Berkunjung ke Parung Farm




Setelah hari Sabtunya Ayahnya Alif sempet harus ke kantor karena (katanya) ada janji penting, hari Minggu kemarin adalah wiken yang sebenar-benarnya bagi Kami. Setelah Alif beres 1st breakfast (bubur tajin) dan 2nd breakfast (makan berat biasa), jam 9 pagi kami bersiap berangkat ke tempat yang sudah lama ingin kami kunjungi yaitu: Parung Farm. Sebelum berangkat, kami gugling dulu nyari alamat dan ancer-ancernya Parung Farm. Pokoknya alamatnya di Parung 546 katanya. Dari hasil gugling disebutkan bahwa kunjungan sebaiknya dilakukan hari Senin-Sabtu, kalo hari Minggu ga ada petugas yang bisa jelasin katanya. Ah..biarlah..toh deket dari rumah..kami bisa ke sana lagi kapan-kapan.

Sejak melihat brand “Parung Farm” di bungkus sayuran organik yang dipasarkan di beberapa supermarket, kami sudah tertarik untuk mengunjunginya karena tempatnya pastilah ga jauh dari rumah kami yang masuk wilayah Depok tapi udah mepet Bogor :p. Tadinya niat saya sih ingin beli sayuran organik dengan harga miring, siapa tau di Parung Farm ada sayuran-sayuran reject yang ga lolos quality control untuk masuk supermarket :D  

Jam 9 pagi kami sudah berangkat dari rumah berbekal cooler bag yang diubah fungsi jadi diaper bag. Isinya cuma 1 cloth diapernya Alif, beberapa insertnya, satu kaos ganti, dan tisu basah. Bahkan kami ga bawa minum atau cemilan buat si bocah *emaknya lupa*. Yasudahlah ya..kalo haus atau laper bisa beli air putih botol dan biskuit di jalan. Alif yang sudah berpakaian lengkap (jaket,kaos kaki, topi) saya gendong pake carrier. Awal-awal baru jalan, dia masih bersuara “awawawaaaaaaaaaa…….”, tapi ga sampe lima menit udah tidur pules :D. Bahkan ketika lewatin Pasar Parung yang panas dan super macet pun, Alif tetep anteng tidur. 

Setelah lewatin Pasar Parung, Saya mulai siaga ngawasin sebelah kiri jalan. Dan ternyata..ga jauh dari Pasar Parung, terlihat ada plang “ Parung 546”. 


 Taraa..here we goo..ready to explore Parung Farm. Begitu masuk, parkirannya tampak luas dan hijau..dikelilingi pohon-pohon rindang. Setelah parkir motor, kami sempat bertanya ke bagian packing sayuran apakah bisa jika kami ingin beli sayuran disitu. Setelah dapet jawaban positif, kami langsung jalan menuju kebun sayur terdekat.    
 
Jadi si Parung Farm adalah areal pertanian hidroponik dan aeroponik organik seluas 4,5 hektar yang telah menghasilkan berbagai jenis tanaman, mulai dari sayur-sayuran (bayam, kangkung, sawi, sawi putih, tomat, wortel, dll), buah-buahan, bunga hias, hingga anggrek dan tanaman-tanaman lainnya. Kebun sayur yang pertama kali kami tuju ternyata adalah lahan persemaian sayur. Media tanam untuk persemaian ini adalah: kerikil. Yess.. kerikil. Menurut Ayah Alif sih, kerikil lebih memudahkan persemaian karena tanaman yang ditanem disitu lebih mudah dicabut dan akarnya ga rusak. *Ini hasil kira-kiranya dia aja seh* :p

lahan persemaian dengan media tanam kerikil


Dari lahan persemaian kami menuju ke rumah kaca yang didalamnya banyak ditanami sayuran-sayuran mulai dari yang masih piyik, hingga siap panen. Ga beneran terbuat dari kaca sih, tapi rumah ini rangkanya terbuat dari bambu dan ditutup seluruhnya sama bahan sejenis plastik. Media tanam yang digunakan di rumah kaca ini yaitu udara (aeroponik) yang diwujudkan dalam bentuk Styrofoam alias gabus.

media tanam gabus

Sayur-sayurannya ada sawi dan kangkung. Rumah kacanya ga serapi dan bersih seperti yang saya lihat di Korea dulu, yang ini agak berantakan dan banyak sampah. Di salah satu tiang bambu ditempel termometer untuk ngukur suhu di dalam rumah kaca itu. Disitu ada satu orang mas-mas yang lagi manen kangkung..mau ditanya-tanya takut ganggu deh..


numpang nampang :D


Dari rumah kaca aeroponik, kami jalan ke arah padang rumput dan tanaman buah-buahan. Disitu lebih tertata rapi. Ada rumah-rumah panggung dari kayu, semacem gazebo tempat belajar, jalan setapak ditengah padang rumput yang diapit pohon-pohon dan bunga-bunga. 



Di samping salah satu rumah panggung, kami melihat ada pipa-pipa yang dialiri air dan diujung pipa-pipa tersebut ditaro pot yang ditanami macem-macem: ada oyong, cabe, tomat, seledri, sampe daun binahong. Ini keren banget deh..sayangnya kami ga bisa nanya-nanya lebih jauh soal benda ini karena ga ada orang/petugas situ yang bisa ditanyain. Setelah puas moto-motoin pipa itu, kami beranjak ke tempat lain. 

Oyong bergelantungan di antara pipa sebagai media tanamnya

Ketika menyusuri jalan setapaknya, kami menemukan semacem gerbang tanaman, rangka kawat yang dibentuk pintu dan ditanami tanaman rambat...menambah kesan asri jalan setapak itu. 






Perjalanan dilanjutkan dan ternyata..dekat situ ada kebun anggrek. Lovely! Ini adalah kebun anggrek kedua yang pernah saya datangi. Yang pertama Saya kunjungi pada tahun 2009 di Pulau Samosir, Danau Toba. Anggreknya bagus-bagus, tapi ya waktu itu ga kepikiran beli. Secara ga punya duit dan belum tau mau naro anggrek di mana :D Nah kali in saya sedikit excited soalnya sekarang ada sepetak kecil (keciiil..banget) halaman depan rumah yang bisa dibikin berantakan dengan berbagai koleksi kami..hehe Oh ya by the way, sejak masuk Parung Farm, si Alif masih tidur pules banget di gendongan..padahal udah saya ajak menjelajah kesana kemari berpanas-panas -_-



Back to the orchid garden, disitu ada macem-macem anggrek berjejer. Sebagian besar sih belum berbunga. Yang udah berbunga terlihat cantik-cantik..ada yang warna merah, kuning, ungu dan putih. Kata mas-mas yang ada disitu, jenis anggreknya pun macem-macem..ada anggrek bulan, dll *saya lupa karena emang ga terlalu tau jenis anggrek* :D 



Waktu saya sibuk liatin anggrek, Ayahnya Alif lihat-lihat ke bagian belakang rumah anggrek. Ternyata di sana ga hanya ada anggrek. Ada juga bibit buah-buahan, cabe, dan lain-lain. Kemudian Ayah tertarik sama satu taneman yang kata masnya disebut cabe hitam. Dilihat buahnya sih mirip cabe, pendek buntet warna hitam. Katanya kalo udah agak tua warnanya jadi merah. Ayahnya terlihat antusias dan pengen bawa pulang si cabe hitam. Meskipun kemudian dia baru sadar bahwa duit cash kami habis dan harus ke ATM dulu..eng ing eng.. Jadilah saya dan Alif (yang masih konsisten pules tidur di gendongan) ditinggal dulu ke ATM. 

Si Cabe Hitam

Sambil nunggu saya duduk-duduk di gazeebonya. Setelah bosen duduk-duduk, saya pun kembali ke kebun anggrek buat moto-moto. Setelah Ayah Alif dateng, kami balik ke kebun anggrek dan pilih-pilih apa yang mau dibawa pulang. Hasilnya, Saya dapet 1 buah anggrek (Rp. 20.000) buat ditempel di pohon palem depan rumah. Sementara si ayah dapet 1 pohon cabe hitam (Rp. 20.000) dan 1 pohon cabe rawit hijau biasa (Rp. 5.000). 

Sebelum pulang, kami mampir bagian packing buat beli sayur. Emm..gatau deh lebih murah daripada di supermarket apa ngga..sebungkus bayam, kangkung, dan sawi, masing-masing Rp. 9.500. Yang pasti sih, emang lebih seger. 



Kami sempatkan juga metik bunga kemangi kering buat diambil bijinya dan ditanem depan rumah..hehe..biar kalo mau bikin pepes ga usah beli kemangi :D Saya sempat lihat tumpukan sayuran dimasukkin ke gerobak..hmm..mungkin itulah yang disebut sayur reject. Ketika nanya masnya itu mau diapain, ternyata buat pakan ikan! Puuh..padahal keliatannya ga terlalu jelek loh..sayang banget ga dijual :( *mental pemulung..hoho*
 
Sekitar jam 12-an, kami menuju Pasar Parung untuk makan bakso Titoti..kunjungan boleh ke pertanian organik, makanannya tetep bakso berlemak ya..hehehe.. Secara keseluruhan, Parung Farm ini recommended banget buat dijadikan alternatif kunjungan keluarga, terutama buat dikunjungi anak-anak usia sekolah. Anak-anak bisa melihat langsung di mana dan bagaimana sayuran diproduksi, serta untuk mengajari mereka agar lebih menghargai lingkungan. Biaya masuknya pun gratis..tis.. Kami sepakat untuk menjadikan kunjungan ke Parung Farm sebagai rutinitas wiken, sekalian belajar pertanian organik demi suatu saat nanti punya kebun organik sendiri *Amiiiin* :)


      




Tuesday, September 3, 2013

Sedih

Sedih itu kalo tetiba merasa komunikasi Saya dengan orang lain tidak berjalan baik.

Terutama, dengan orang-orang terdekat.

Sedih itu kalo Saya sudah berusaha melancarkan komunikasi, tapi tetep belum lancar.

Sedih itu kalo emm..yaaa..gitu deh..

Boleh dong ya bersedih dulu ditengah-tengah ngetik laporannya :')
*ilustrasi agak lebay ga apa-apa yaa


Monday, September 2, 2013

Not yet a toddler

Hehe..judul postingannya ngasal aja inih :D

Ceritanya pengen cerita tentang @alifdipantara yang hari ini udah 9 bulan lebih! Maksain nulis biar kalo anaknya udah gede, bisa baca-baca corat-coret emaknya tentang dia..hehe.
Time flies banget. Rasa-rasanya baru aja dia lahir, ujug-ujug udah mau 10 bulan. Gimana cerita perkembangannya si Alip ini? Yuk kita ringkas aja biar ga kepanjangan


Alif 6 bulan 
Sejak 6 bulan kurang beberapa hari, kita memutuskan Alip akan mulai makan. Ga ada alasan khusus sih, cuma biar hari pertama dia makan pas ortunya lagi di rumah alias pas wiken. Si alip pertama kali makan tepung gasol beras merah, ga pake campuran susu atau apapun. Tepung beras merahnya dimasak di aduk-aduk sama air di panci kecil, setelah mengental diangkat, tunggu dingin, dan dimakan deh sama si alip. Alip pun memulai makan pertamanya dengan lahap. Setelah tiga hari makan beras merah, lanjut makan tepung beras putih dari Javara. Meskipun kemudian saya dan bapake alip baru nyadar kalo tepung beras putihnya itu gluten free :0, yang mana biasa dimakan buat orang yang diet atau alergi gluten.. Oh noo...maapkan ketidaktauan emak-bapakmu nak, pantesan berat badanmu lambat naik :(



Selain tepung beras putih, Alip mulai makan tepung ubi ungu dari Javara yang mana dia lahap banget juga (lagi-lagi gluten free -_-), tepung gasol jagung, tepung gasol kacang ijo, tepung gasol, beras coklat, tepung gasol kacang merah, labu siam kecil kukus, zuchini kukus, bubur jagung, jeruk baby, pisang, dll. Alhamdulillah, sampe sekarang ga ada alergi.


Untuk makannya pun ga terlalu banyak masalah. Kalo waktu makan tiba, segera duduk di kursi. Disuapin, maksimal 30 menit. Untunglah si alip kebiasaan makannya ga kayak emaknya waktu kecil atau kakak2 sepupunya, yang mana kalo makan diemut, lama dan harus sambil keliling2 kampung. Saya sungguh serius nerapin kebiasaan makan yang baik ke si Alip..karena gamau waktu kami hanya dipake buat makan doang seharian penuh.


Perkembangan lainnya si Alip gimana? Masuk enam bulan, dia belum bisa merangkak ataupun bangun dari tidur sendiri :D. Kalo dari hasil tanya dokternya alip sih, masih normal katanya. Sayapun berusaha meyakinkan diri untuk ga perlu banding2in sama anak orang..perkembangan anak kan beda-beda yaa.. Tapi untuk kemampuan lain-lainnya udah lumayan di 6 bulan ini..tepuk tangan, ngambil dan lempar barang, ngoceh plus teriak, respon orang, dll.


Di bulan-bulan ke enam hidupnya ini, Si Alip merasakan liburan sama ayah-ibunya ke Yogya (tanpa si mba). Sebenernya ga beneran liburan sih, cuma ada acara yang mana saya dan ayahnya sama-sama jadi peserta. Karena bisa dapet satu kamar, sekalianlah Alipnya dibawa. Plus acaranya ga terlalu resmi, ada jalan-jalan dan workshop di pantai, kunjungan komunitas, dll yang sangat fleksibel. Jadi bawa bayi pun ga masalah. Hari terakhir sebelum pulang, kami sempet jalan-jalan ke Taman Sari (tempat mandi para selir Sultan di jaman jadul). Tapi waktu itu bawaan segambreng..jadi ga terlalu menikmati -_- Makannya gimana ketika ga ada si mba? Yaa ga masalah sih.. Biasanya di kamar hotel (penginapan tepatnya mah) saya masak makanan Alip pake kompor listrik..sebelum pergi2 pasti Alipnya makan dulu, atau makanannya dimasukkin tupper ware dan dibawa. Buat di jalan, selalu sedia pisang buat dicemil. 


Alif 7 bulan
Masuk 7 bulan, makanan si alip makin bervariasi. Dia mulai makan melon, kembang kol, lobak, kaldu ayam, daging ayam, ati ayam, tahu, tempe, dll. Untuk ayam, saya usahakan untuk selalu ayam kampung. Soalnya yah..ayam broiler terlalu banyak zat-zat suntikannya plus karena saya sendiri ga doyan si ayam gendut ini. Jadi walopun mahal T_T, tetep berusaha nyari si ayam kampung buat Alip. Biasanya saya beli ayam kampung yang agak besar di Pasar Parung. Di rebus dan diambil kaldunya buat stok, terus ayamnya ditaro kulkas buat campuran makannya.


Sejak 7 bulan ini si Alip juga mulai dikasih bubur tajin tiap pagi..Meskipun saya rasa-rasa kok ga terlalu ngaruh ke berat badannya -_-. Belakangan setelah selama libur lebaran bikin bubur tajin sendiri, saya sadar kalo cara si mba bikin tajin selama ini salah..ya iyalah jadinya ga ngaruh :(
Kemampuan motorik kasar dan halusnya gimana? Tetep belum merangkak dan bangun buat duduk sendiri..hehe.. Yaudahlah ya..toh kami pun tetep berusaha stimulasi. Baca buku, nyanyi-nyanyi dengerin lagu, ngasih makan burung, ngejar-ngejar kucing (alipnya digendong), adalah aktifitas sehari-hari si bocah.


Waktu Alip 7 bulan ini, dia sempet ikut saya kerja ke Lampung (waktu lima bulan pernah juga ikut kerja ke Solo, tapi waktu itu masih ASIX). Tentu saja si mba plus peralatan makan dan masak sederhana ga lupa dibawa. Kompor listrik, penumbuk sayur, mangkok gelas, botol minum, plus bahan makanannya (tepung ubi ungu, beras putih, beras merah, beras coklat, dan lain-lain) dibawa serta. Pagi-pagi, si mba masak makanan Alip pake kompor listrik di kamar hotel. Jadi sebelum saya mulai kerja, alip udah sarapan. Selama saya kerja, Alip dan si mba ada di sekitar meeting room. Begitu ada waktu break, si Alip pun nen dulu. Begitu break makan siang, saya dan Alip lari ke kamar. Alip nen, si mba masak makan siang. Saya kerja lagi, si Alip makan sama mba. Untung acara selalu selesei sebelum jam lima. Jadi malem saya free. Si mba saya ingetin untuk selalu bawa pisang dan sendok kecil, buat cemilan Alip sambil nunggu saya kerja. So far bawa Alip kerja lancar-lancar aja dan ga mengganggu kerjaan.


Alif 8 bulan
Masuk 8 bulan, Alip mulai makan wortel, brokoli, keju, unsalted butter, olive oil, dll. Karena semangat buat ngejar berat badannya, tiap kali makan biasanya dicampur sesendok olive oil, yang mana karena ternyata dia ga doyan, akhirnya terpaksa dihentikan :( Jadi butter aja yang dicampur ke makanan alip yang masih panas dan dia lumayan doyan. Sebelum libur lebaran, sempet ke dokter buat imunisasi dan ternyata berat badan dia 7,2 kg. Sedikit agak kecewa dan meragukan kata-kata si mba tentang makan alip yang selalu habis banyak :(


Nah ketika masuk libur lebaran, kami sekeluarga mudik ke rumah mamah saya dulu di Kuningan sementara si mba langsung dikirim mudik ke Bojonegoro. Karena di sana semua orang sibuk, jadilah saya harus urus sendiri semua keperluan Alip. Mulai dari bikin bubur tajin, masak sarapan, maksi dan maksornya, mandiin, nyuci baju, dllnya. Kalo waktu makan alip tiba, saya dan ayahnya bekerja sama nyuapin. Ayahnya yang gendong, saya yang nyuapin. Mungkin karena yang nyuapin ortunya sendiri dengan sepenuh hati, selama liburan ini alip mulai bertambah gendut.. Alhamdulillah..meskipun tetep ya mamah saya dan keluarga Bojonegoro ngomentarin "Alif kecil"..huh.. Sejak mudik di Kuningan ini juga, Alip mulai makan nasi tim. Tim ayam-tempe-sayur-kaldu, plus butter dan keju. Doyan banget dia.. Soal variasi masakan makanan Alip sih belum terlalu aneh-aneh ya..maksimum ya si nasi tim itu..padahal kalo koleksi resep sih udah banyak, cuma waktu dan niat emaknya yang belum cukup :p


Ketika di Kuningan, si Alip juga mulai bisa ngomong "Mmeeh..Buu", yang mana mmeeh itu dalam Bahasa Sunda berarti nen. Horray.. Alip's first word ternyata bahasa sunda..haha..padahal saya ga pernah ngajarin tuh :p Jadi setiap mau nen dia ngoceh sambil hampir nangis "Mmeeh..Buu" :*
Biar ga terlalu ribet, di awal perjalanan mudik Alip mulai dikenalin biskuit baby choice dan farleys. Jadi kalo kami masih di jalan karena jadwal kereta yang ngaret-ngaret, ya terpaksa Alip makan biskuit..karena dia ga terlalu doyan ubi kukus yang saya bawa. 


Alif 9 bulan
Nah di 9 bulan ini yang perkembangan motoriknya agak pesat. Sejak pertengahan dan akhir 8 bulan, Alip mulai belajar berdiri sambil pegangan dan mulai bangun sendiri buat duduk! Horee.. Selamat ya boy :D

Sekarang kalo mau dipakein celana, baru separo udah bangun terus duduk. Kalo ditidurin lagi, mulai marah-marah deh :p


Makannya gimana? Tetep semangat alhamdulillah..doyan banget nyemil melon. Melon dipotong kecil-kecil, dan ntar bakal dia kunyah-kunyah sendiri.


Oh ya..giginya udah ada belum? Nah..di 9 bulan ini, mulai ada tanda-tanda giginya mau muncul (setelah saya raba-raba mulutnya sambil nyari kertas yang dia makan -_-). Semoga kalo udah muncul beneran ga doyan gigit2 nen yaa..


Okay..segitu dulu ringkasan cerita tentang si @alifdipantaranya yang udah ga bayi-bayi amat, tapi belum masuk toddler juga :D *apeu. Semoga sehat-sehat dan tumbuh ceria ya boy!
Kiss dari ibu & ayah :*