Tuesday, January 12, 2016

Agar anak mau makan sayur

Sejak setahun belakangan, si Alif (3 tahun), agak sulit kalo disuruh makan sayur. Seringnya dia makan sendiri nasi dan lauknya, tapi menyisakan sayur. Jadilah kami harus menyuapi dia sayurnya. Tapi sejak tengah tahun 2015 lalu, saya menemukan dua cara yang (lumayan) ampuh membuat dia mau makan sayur sendiri.

Dengan memberikan reward
Misalnya, hari minggu nanti sudah dipastikan kami akan mengunjungi teman di Münster. Maka saya akan bilang ke si Alif: "Kalo mau ikut ke Münster (rumah tante Nurma) naik kereta, Alif harus makan sayur. Karena kalo ga makan sayur, nanti kamu gampang sakit. Kalo sakit, Alif ga bisa ikut ke Münster." Hihi..lumayan ampuh ini..nanti dia pasti langsung buru-buru masukkin sayur-sayurnya ke mulut :D

Atau bisa juga dengan bilang gini: "Sebentar lagi winter..turun salju..Kalo Alif mau main salju, harus makan sayur (dan buah) yang banyak. Karena kalo mau main salju, badannya harus sehat. Kalo ga makan sayur, gampang sakit, ga bisa main salju." --> masih logis kan? :D 

Dengan memberi sayur di awal waktu makan, tanpa nasi ataupun lauk
Saya akan bilang ke Alif: "Kalo mau makan ikan/telor/daging dan nasi, habiskan dulu sayurnya ya." Cukup ampuh juga..tapi seringnya saya dan suami kelupaan langsung ngasih naro semuanya barengan di mangkok. Kalo kelupaan, maka saya gunakan jurus pertama.

Dengan memberi contoh
Ini juga udah rumus standar ya..kalo anaknya mau makan sehat, ya ortunya harus kasih contoh. *walopun kadang-kadang saya makan mie instant tanpa sayur juga*.

Untungnya, sejak masuk Kindergarten awal Desember kemarin, kesadaran si Alif untuk makan sayur juga semakin meningkat. Mungkin karena melihat teman-temannya yang lebih besar dari dia sudah mandiri makan sayur sendiri setiap waktu makan siang. Semoga makin lama makin mandiri dan ga perlu diceramahin dulu sebelum waktu makan deh ya..


Sunday, January 3, 2016

Kamera non-digital

Ketika jalan-jalan berdua Alif ke salah satu kota kecil di Niedersachsen (Lower Saxony) minggu lalu, ada seorang ibu sepuh (kira-kira 60-65 tahun) meminta tolong untuk memotret beliau dan dua orang kawannya di tengah Christmas Market. Saya pikir kameranya pastilah kamera digital atau handphone.. Ternyata oh ternyata..kameranya adalah pocket kamera yang masih pake film, yang harus diputer dulu kalo abis ngambil gambar.

Sayapun berusaha mengambil gambar dengan fokus melalui si kotak fokus (namanya apa ya..lupa), sesuai dengan keinginan si Ibu, biar atap gedung di belakangnya juga kelihatan di foto. Setelah mengambil foto, saya bilang bahwa saya ingin mengambil satu foto lagi biar kalo yang pertama kurang bagus, masih ada alternatif foto kedua. Tapi Ibu itu mengatakan tidak usah, karena roll filmnya sudah mau habis dan dia ingin menyisakan satu untuk memotret pertunjukkan musik yang akan segera dimulai. Duh saya jadi ga enak..dan langsung mendoakan semoga hasilnya bagus.

Setelah itu jadi keingetan masa pra-kamera digital..ketika kalo foto yang diambil ga bagus ya udah..apa adanya aja ya :D Masa ketika tidak segampang saat ini untuk menghasilkan foto-foto bagus. Ujung-ujungnya, kok jadi pengen kamera polaroid -_-. Udah ah..stop..stop!