Tuesday, February 21, 2012

Positive


Hey..let's be positive about life
I just got a new job, with better salary, better facilities, better work environment
I just want to get out of this situation in office
Office politics's sucks
I learn a lot from my experience
That people could have two faces at the same time
I hope I'll never find that kind again :)
Semangaaaaatttt!!!

Thursday, February 16, 2012

Bergerak


Janganlah mereka dimusuhi, jangan inisiatif mereka dibunuh oleh
orang-orang yang bermental birokratik yang bisanya cuma bicara
di dalam rapat dan cuma membuat peraturan saja.
Makanya tranformasi harus bersifat kultural, tidak cukup sekedar struktural.

Ia harus bisa menyentuh manusia, yaitu manusia-manusia yang aktif, berinisiatif dan berani maju.
Manusia pemenang adalah manusia yang responsif.
Seperti kata Jack Canfield, yang menulis buku Chicken Soup for the Soul, yang membedakan antara winners dengan losers adalah
“Winners take action, they simply get up and do what has to be done”.
-sepenggal dari tulisan Rhenald Kasali "Bergerak"-

Wednesday, February 15, 2012

Today my life begins :)

Pas lagi mumet-mumetnya otak, saya nemu lagu ini, diposting oleh salah satu temen fesbuk. Quite good for me :) Buat yang mau liat video+lyrics nya ada di sini.

"Today My Life Begins"

Bruno Mars

I've been working hard so long
Seems like pain has been my only friend
My fragile heart's been done so wrong
I wondered if I'd ever heal again

Oh just like all the seasons never stay the same
All around me I can feel a change (oh)

I will break these chains that bind me, happiness will find me
Leave the past behind me, today my life begins
A whole new world is waiting its mine for the taking
I know I can make it today my life begins

Yesterday has come and gone
And I've learn how to leave it where it is
And I see that I was wrong
For ever doubting I could win

Oh just like all the seasons never stay the same
All around me I can feel a change (oh)

I will break these chains that bind me happiness will find me
Leave that past behind me today my life begins
A whole new world is waiting its mine for the taking
I know I can make it today my life begins

Life's too short to have regrets
So I'm learning now to leave it in the past and try to forget
Only have one life to live
So you better make the best of it

I will break these chains that bind me happiness will find me
Leave the past behind me today my life begins
A whole new world is waiting its mine for the taking
I know I can make it today my life begins

I will break these chains that bind me happiness will find me
Leave the past behind me today my life begins
A whole new world is waiting its mine for the taking
I know I can make it today my life begins

 

Friday, February 10, 2012

I miss travelling

I miss going around to see new things, meet new people..
I miss exploring new places..
I miss winter some where..
I miss the spirit of other travelers..
South Korea, Nov 2009, one day in a winter
Hope to see you soon, my next trip! :)

Martapura River, South Kalimantan. A beautiful early morning in July 2011

Monday, February 6, 2012

Capeek

Capeeknya kami...
Sabtu malem jam 19.00, kami berangkat naik travel ke Kuningan. Sampai di Kuningan hari Minggu jam 6 pagi! (karena si travel puter-puter kesana kemari jemput dan antar penumpang lain dulu). Setelah seharian di rumah, jam 4.30 sore kami berangkat lagi ke Jakarta naik bis Luragung Jaya (I'll never travel with you again!!), sampai di pintu tol Cikopo Cikampek jam 21.00. Di situ kami menunggu bis jurusan Lebak Bulus datang. Sayangnya, setelah ditunggu lebih dari 30 menit, bis tak kunjung datang. Hingga akhirnya ada satu mobil omprengan yang menawarkan untuk membawa kami dan beberapa orang lain ke Kampung Rambutan. Dari Kampung Rambutan, kami naik bis 3/4 ke Lebak Bulus. Sampai Lebak Bulus jam 23.10. Dari Lebak Bulus naik taksi menuju Pondok Cabe, sampai sana jam 23.36. Dari Pondok Cabe lanjut naik motor ke rumah kami di Sawangan, tiba sekitar jam 00.15. Dan hari ini, Senin, saya sedang di depan PC di kantor. Wuihh...what a trip..badan berasa remuk ringsek. But that's fine..for the sake of my mommy. Get well soon mamah, we love you :)
diambil dari http://dikutipdari.blogspot.com/2011/12/cerpen-ibu-cerpen-hari-ibu-anakku.html

Friday, February 3, 2012

Just Married Part II :D

Karena pernah berjanji untuk meneruskan cerita awal-awal menikah & honeymoon di Just Married :D, maka saya pun akan melanjutkannya :0

Di sebuah restoran penuh bule tempat kami menunggu di pelabuhan Padang Bai, ada satu bule perempuan warga negara Belanda yang mengira dirinya membeli tiket fast boat untuk ke Gili Trawangan. Padahal, ternyata dia terdaftar sebagai penumpang kelas ekonomi, harus naik kapal ferry umum, sama seperti kami..hoho.. :D Entah dia memang ditipu oleh agen perjalanannya, atau dia yang memang tidak paham. Yang pasti, dia tampak bingung.

Setelah menunggu kira-kira setengah jam, kami pun digiring oleh seorang bapak untuk menuju ke kapal ferry yang akan berangkat menuju Pulau Lombok. Setelah cukup lama menunggu, ferry pun berangkat sekitar jam 10. Untungnya, kapal ferry yang kami naiki saat itu termasuk yang bagus..dilengkapi dengan AC dan kursi-kursi yang tampak nyaman. Di depan deretan kursi penumpang juga terdapat sebuah TV yang memutar film dari VCD/DVD selama perjalanan. Hemm..mungkin karena banyak bule yang biasa menumpang pada keberangkatan jam 9 ini (ngaret jadi jam 10), jadi kapalnya pun disediakan yang agak bagus. Selama 4 jam perjalanan, kami berdua hanya tidur-makan-minum-baca. Kami memakai jaket karena khawatir masuk angin kena angin laut+AC kapal.

Seperti yang telah dijanjikan oleh agen yang di Pelabuhan padang Bai, sesampainya di Pelabuhan Lembar Lombok kami dijemput oleh orang dari agen yang di Lombok (kami membayar 160.000/orang untuk transportasi dari Ubud ke Senggigi). Kami kembali menaiki sebuah van putih yang disupiri oleh seorang bapak asli Lombok. Kami berdua memilih untuk duduk di depan, di sebelah Pak Supir. Di belakang, ada satu orang mbak Indonesia yang bersama seorg kakek bule, dan beberapa bule lone traveler. Mereka yang duduk di belakang asyik bercerita macem-macem. Sementara saya dan suami memilih ngobrol dengan Pak Supir :D *karena posisi duduk kami hanya memungkinkan itu*

Tampaknya Pak Supir senang bisa mengobrol dengan kami karena kebanyakan penumpang yang dia bawa biasanya bule-bule. Dari tanya-tanya Pak Supir ini kami mengetahui, bahwa sebelum menuju Senggigi (dan kemudian Pelabuhan Bangsa- menuju ke Gili) kami akan transit di kantor agen perjalanan tersebut di Kota Mataram. Setelah transit, barulah van akan menuju ke Senggigi (tempat kami akan turun) dan kemudian ke Pelabuhan Bangsal (untuk mengantar penumpang yang hendak ke Gili Trawangan/Meno/Air). Kami sengaja memilih hanya sampai Senggigi, agar ongkos transport nya tidak terlalu mahal. Rencananya dari Senggigi kami akan ngeteng ke Pelabuhan Bangsal, untuk kemudian ke Gili. Tapi, di tengah jalan Pak Supir menawarkan untuk membawa kami sampai Pelabuhan Bangsal, dengan menambah Rp. 100.000 (per org 50rb) sudah termasuk tiket kapal ke Gili Trawangan, tapi uang tersebut dibayar langsung ke dia, tidak melalui kantor agen perjalanannya. Dia menjelaskan, jika kita membayar lewat agen perjalanan, ongkos nya akan lebih dari itu. Selain itu, rombongan yang akan menuju Gili dengan agen perjalanan tersebut tidak bisa langsung berangkat ke Gili Trawangan/meno/Air, mereka baru akan diberangkatkan jam 6 sore! (saat itu baru jam 1 siang). 

Akhirnya kami sepakat untuk memberi Pak Supir Rp. 100.000 dan mengantar kami sampai Pelabuhan Bangsal. Van kami  sampai di kantor agen perjalanan tersebut di Kota Mataram. Para penumpang van yang lain berhamburan keluar. Kami juga turun hanya untung duduk-duduk meluruskan kaki. Sementara itu, beberapa penumpang lain turun dan membeli beberapa cemilan yang memang dijual di kantor agen perjalanan tersebut. Tak berapa lama, van pun siap diberangkatkan. Kami menuju ke Senggigi. Ada satu-dua penumpang yang turun di sana. Karena kami tidak jadi turun di sana, perjalanan terus dilanjutkan menuju Pelabuhan Bangsal (Kabupaten Lombok Utara). Di sebuah rumah di pinggir jalan yang sudah dekat ke Pelabuhan Bangsal, van berhenti lagi. Para penumpang diminta turun dan menunggu di situ sampai kapal akan diberangkatkan ke Gili Trawangan. Namun, Pak Supir sebelumnya sudah memberi tahu kami agar kami tidak ikut turun, karena dia akan menurunkan kami langsung di pinggir laut Pelabuhan Bangsal. (Agghhh...saya pengen menyingkat cerita ini..tapi kok rasa-rasanya ini penting ya untuk dicatat -__-). Di rumah tersebut ada satu orang mas2 yang udah nunggu dan mencatat setiap penumpang, serta ada semacem counter yang menjual berbagai makanan kecil dan minuman. Dia sempat bertanya, kami berdua akan kemana dan kenapa kami tidak turun. Pak Supir yang menjawab pertanyaan tersebut. Satu orang penumpang bule dibelakang yang tampak agak cerdas mulai bertanya-tanya, kenapa mereka harus berhenti lagi di situ dan tidak langsung menuju Gili Trawangan. Si Mas2 menjawab, karena mereka harus menunggu penumpang lain yang akan ke Gili Trawangan, agar bisa berangkat bersama-sama jam 18.00 (saat itu baru jam 14.00). Si bule bingung dan nanya, apakah tidak ada kapal lain yang menuju Gili Trawangan yang lebih cepat. Dan si mas2 menjawab, tidak ada kecuali penumpang mau membayar masing-masing Rp. 300.000!! Hahaha padahal faktanya, setiap setengah jam selalu ada kapal berangkat dari Pelabuhan Bangsal menuju Gili Trawangan dan ongkosnya hanya: Rp. 10.000 saja!! Bule-bule be*o itu sengaja ditahan di rumah itu agar mereka kembali membelanjakan uangnya untuk makanan dan minuman selama mereka menunggu dari jam 14.00 sampai jam 18.00. Duh..kasian banget jadi bule yang ga ngerti kalo dia lagi ditipu :p Ada sedikit keinginan saya untuk membantu mereka..tapi yasudahlah..Hehehehe..itung-itung membantu pengusaha lokal dapet uang tambahan :D Lagian salah bule-bule itu juga ga mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang tempat yang mereka tuju, padahal sebagai pelancong di tempat yang belum dikenal, mengumpulkan informasi adalah hal yang paling utama.

Setelah diturunkan di Pelabuhan Bangsal dan diberi tiket kapal oleh Pak Supir, kami menunggu kapal diberangkatkan. Tak sampai 15 menit, kami sudah berangkat menuju Gili Trawangan. Kami tiba di sana kira-kira jam 15.00.

Sesampainya di sana, kami langsung mencari penginapan (budget kami maksimal 150.000 :D). Setelah melihat beberapa bungalow, akhirnya kami menemukan yang cukup pas. Harga 150.000, bersih, sedikit nuansa kayu-kayu, dekat laut, dan dapat sarapan :D Hohoho...sampai di kamar kami istirahat sebentar dan langsung mandi-mandi di laut. Yuhuuuuuuu....pantai dan lautnya luar biasa indah. Kami pun berenang-renang dengan bahagia...sebagai pengganti karena tidak sempat menemukan laut di Bali :0 Sambil berenang-renang kami mengingat nasib bule-bule tadi, yang pasti saat kami berenang-renang mereka masih sedang menunggu di rumah itu sambil ngemil kacang yang terpaksa mereka beli karena lapar :D

Setelah berenang-renang, kami pulang ke kamar, mandi, leyeh-leyeh bentar, lanjut cari makan malem. Seperti biasa, mencari makanan yang MURAH, enak, dan bersih. *banyak maunya ya :D Untungnya, kami selalu nemu..hehehe...Selesei makan malam, kami memutuskan untuk berjalan kaki keliling Gili Trawangan sambil menikmati suasana :) Ketika melewati pelabuhan, kami melihat bule-bule be*o tadi baru sampai!! Huhahaha...kasiaaan deh mereka..kami udah beres berenang-renang, makan malem dan jalan-jalan, mereka baru sampe :D Di jalan utama (emang cuma ada satu jalan :D) Gili Trawangan yang bebas kendaraan bermotor (cuma ada delman, sepeda kayuh, dan orang), hp saya sempat menangkap satu sinyal wi fi yang cukup kencang dan tidak berpassword..aseeekk..saya bisa ngobrol dikit sama teman-teman wilujeng sumping..Selesei jalan-jalan, kami nongkrong di sebuah kafe dekat tempat kami nginap yang ada live music nya..what a perfect night..hehehehehe....me, him, and the music..plus bocah-bocah wilujeng sumping di hp :D

Keesokan harinya, kami kembali berenang-renang di pantai. Sayangnya, terumbu karang di Gili Trawangan tidak sebagus di Gili Air. Mungkin karena Gili Trawangan adalah pulau yang paling banyak dikunjungi wisatawan di antara ketiga Gili (Trawangan, Meno, Air), jadilah terumbu karangnya mulai hancur :( Sayapun tidak bisa berenang terlalu jauh karena takuut :0 Jadi kalo agak ketengah harus pegangan ke suami. Tadinya kami bermaksud island hopping ke Gili Meno, tapi ketinggalan kapal..ah ya sudah..berleyeh-leyeh aja dan berenang-renang..

Pemandangan Pantai di Gili Trawangan


Keesokan harinya lagi, kami bersiap-siap kembali ke Pulau Lombok, menuju tempat tujuan terakhir honey moon kami: Santai Beach Inn, yang terletak di Mangsit (tak jauh dari Senggigi). Sebuah penginapan di pinggir pantai Mangsit yang terdiri dari bungalow-bungalow kecil terbuat dari bilik dan beratap anyam yang damaiii....*sambil menulis blog sambil membayangkan kedamaian bersantai di Santai* Kami telah memesan kamar yang mirip rumah pohon, dengan hanya Rp. 140.000 saja per malam!!

Bale-bale tempat membaca & bersantai di Santai Beach Inn


Sesampainya di santai, kami pun bersantai..leyeh-leyeh..cek-cek e-mail, baca buku, berenang-renang, tidur-tidur, dll, untuk menghabiskan waktu, karena pesawat yang akan membawa kami ke Jakarta baru akan berangkat 2 hari lagi. Kami sengaja tidak makan di luar biar lebih irit :D Hiruk-pikuk Jakarta terasa tidak nyata..yang ada hanya kedamaian dan kesantaian....

Sayangnya, honey moon + liburan ini harus berakhir. Tanggal 30 Nov saya harus masuk kantor lagi (saya cuti dari tanggal 18-29 Nov). Tanggal 29 pagi kami dijemput taksi burung biru untuk menuju Pelabuhan Lembar, untuk selanjutnya naik ferry ke Bali (karena pesawat kami dari Denpasar dan bukan dari Lombok). Kami memutuskan untuk tidak lagi memakai jasa agen perjalanan karena takut kena tipu lagi :p Sesampainya di Pelabuhan Lembar, membeli tiket ferry (seharga Rp. 36.000 per orang), berangkatlah kami jam 09.00 pagi menuju Pelabuhan Padang Bai Bali. Sampai di bali kira-kira jam 13.00. Karena tidak ada agen perjalanan yang akan menjemput, kami pun bertanya-tanya bagaimana cara nya untuk menuju Denpasar dari Padang Bai. Untungnya saya sempat googling, jadi ada referensi pembanding. Tak jauh dermaga ferry Padang Bai, terdapat deretan van/elf yang banyak dituju penumpang yang baru turun dari ferry. Ternyata, memang itulah angkutan yang akan menuju Denpasar. Banyak orang yang menawari kami..kami bersikap agak selektif karena kapok ditipu. Sampai akhirnya kami naik ke van terakhir yang akan berangkat ke Denpasar dengan ongkos Rp. 40.000 per orang. Setelah perjalanan sekitar 1,5 jam, kami pun tiba di terminal Ubung Denpasar. Kami berencana membeli oleh-oleh pesenan kakak saya sebelum menuju bandara. Ketika mencari-cari taksi, banyak calo-calo terminal yang dengan sotoynya bilang: "Surabaya ke sini!! Surabaya!!" Yeee...cukup sekali deh saya menempuh Surabaya-Bali-Lombok (dan sebaliknya) pake mobil dan ferry..kali ini saya mau naek pesawat!! hohoho...

Dari terminal Ubung kami menuju tempat makan untuk makan siang, dan menemukan sebuah warung Padang. Selesei makan, naik taksi untuk mencari manisan salak pesanan kakak saya. Dari tempat manisan salak, menuju pusat oleh-oleh Kri*na untuk beli sedikit oleh-oleh buat Mamah dan teman kantor Mas. Kali ini saya ga beli banyak oleh-oleh karena duit menipis..hehehehe...Selesei beli sedikiiit oleh-oleh, langsung menuju bandara dan pulang ke Jakarta. Duit abis..bis..bis.. Senang abis liburan, tapi ga senang kalo inget kalo harus balik ke keruwetan jakarta dan fuc*ing office :p Yeahhh..Jakarta, please welcoming us: Mr dan Mrs. Harmono :D

*ga sabar pengen liburan lagi*

Rincian biaya dan waktu:
Tiket Citilink Jakarta-Denpasar-Jakarta per orang: Rp. 700.000
Penginapan di Ubud: Rp. 150.000 per malam (tempat tidur king, kamar mandi dalam, fan, hot water, free internet, free breakfast for 2)
Sewa motor di Ubud: Rp. 40.000 per hari
Transport Ubud (Bali)-Senggigi (Lombok): Rp. 160.000 per orang (tapi yang 130.000 juga ada, jangan ketipu seperti kami!!)
Transport Senggigi-Bangsal+tiket kapal ke Gili Trawangan: Rp. 50.000 per orang (tiket Bangsal-Gili Trawangan sebenarnya: Rp. 10.000)
Taksi burung biru dari Pelabuhan Bangsal ke Santai Beach Inn (Mangsit): Rp. 60.000
Penginapan (tree house) Santai Beach Inn: Rp. 140.000 (kamar mandi pribadi, fan, free breakfast for 2)
Taksi burung biru dari Santai (Mangsit) ke Pelabuhan Lembar: Rp. 80.000
Kapal ferry Pelabuhan Lembar (Lombok)-Pelabuhan Padang Bai (Bali): Rp. 36.000
Angkutan umum (van, elf) Padang Bai-terminal Ubung Denpasar: Rp. 40.000

Thursday, February 2, 2012

Menyesalkah Saya?

Sejak menyimak dengan serius teks lagu "Waiting on the World to Change" nya John Mayer beberapa waktu lalu, setiap kali dengerin rasanya pengen nangis T_T..

Hari ini saya berkunjung ke kantor lama saya, SP*, atas kunjungan dari ladies-ladies di sana yang katanya mau ngasih kado pernikahan buat saya. Buat melangkahkan kaki kembali ke sana selalu terasa berat..Bukan, bukan karena saya membenci mereka, justru karena saya sangat menyayangi hampir setiap orang dan segala hal yang ada di sana. Suasananya, orang-orangnya yang lengkap dengan kelucuan masing-masing, selalu sukses membuat saya ingin ketawa dan menangis sekaligus.
Foto diambil pada saat-saat bahagia, suatu hari di awal 2010



Balik ke awal tahun 2009, saat itu saya menganggur dan luntang-lantung ga jelas karena baru saja menerima pengumuman akhir tes Kemlu yang ternyata menyatakan saya tidak lulus. Dunia serasa runtuh..karena menjadi diplomat adalah cita-cita sejak lama, bahkan hingga akhirnya saya bersikeras memilih jurusan HI daripada jurusan tehnik yang diinginkan mamah saya. Selama masa kuliah, saya terus berusaha untuk mengasah kemampuan saya agar mendekati kriteria calon diplomat. Jadi ketika akhirnya sampai di tes terakhir Kemlu, ssaya dan keluarga menunggu dengan harap-harap cemas. Dan dunia terasa runtuh ketika pengumuman itu keluar dan saya tidak lulus.

Ketika masa luntang-lantung itu, saya mengirimkan sms (atau e-mail, saya agak lupa) pada seorang aktifis LSM yang pada tahun 2007 bersama-sama jadi wakil Indonesia ke Oxfam International Youth Partnership di Australia (dan sekarang jadi suami saya :D). Saya ingat bahwa organisasi Mas itu cukup aktif dan isu nya pun termasuk dalam concern saya. Saya menawarkan diri untuk membantu organisasinya sebagai volunteer, yaa..sambil isi-isi waktu. Tak lama setelah itu, tugas-tugas sebagai volunteer mulai saya kerjakan. Seringnya sih tugas menerjemahkan. Meskipun waktu itu saya belum menggunakan google translate, tapi tetap PD :D

Sampai suatu hari, seorang teman yang juga junior saya dikampus memberi tahu adanya lowongan di SP*, sebagai staf dept. luar negeri, untuk membantu ketua dept yang kebetulan merupakan senior kami di kampus. Karena saya memang pernah mendengar reputasi dan kegiatan dari SP*, maka dengan bersemangat saya pun segera mengirimkan CV. Singkat cerita, saya pun diterima sebagai staf per 1 Maret 2009. Sejak saat itu, selama satu tahun, saya mengalami tahun yang menyenangkan di sana. Meskipun ada tentangan keras dari keluarga, saya terus bertahan. Plus ketika saya kerja di sana juga, saya menemukan seseorang yang kemudian sekarang menjadi suami saya, karena kantornya banyak terkait dengan SP* ini.

Karena tekanan keluarga (untuk hal tertentu) semakin kuat, dengan sangat terpaksa, saya akhirnya mencari pekerjaan di tempat lain. Ketika akhirnya diterima, saya mengalami kegalauan yang amat sangat. Haruskah saya pergi? Hal seperti ini tidak lah spesial jika saja saya bekerja di tempat kerja biasa. Namun faktanya, SP* ini bukan hanya tempat kerja. SP* juga tempat saya belajar tentang hidup, tempat saya memperkaya diri dengan pengalaman, serta tempat di mana sebuah keluarga besar akan selalu menyambut saya dengan hangat. Setelah mikir bolak-balik dan berdiskusi dengan pacar, akhirnya keputusan pun diambil: saya akan menerima pekerjaan baru tersebut.

Mengucapkan kata perpisahan sungguh merupakan hal yang sulit. Saya berjuang (sambil menahan tangis) keras merangkai kata untuk e-mail perpisahan kepada teman-teman satu kantor SP*. Saya hanya menulis e-mail karena tidak sanggup mengucapkan kata-kata secara langsung.

Hari-hari awal saya di kantor baru, seringkali air mata tiba-tiba mengalir deras. Sakit rasanya di dada menyadari kenyataan bahwa saya bukan lagi bagian dari keluarga besar yang hangat itu. Namun, keputusan sudah diambil. Saya harus berjalan ke depan.

Meskipun saya sudah tidak di sana, saya tetap menjalin hubungan baik dengan teman-teman SP* yang muda-muda. Kami sering nongkrong dan karaoke bareng. Meskipun sepulang dari acara main bersama, saya merasa miris..mengingat mereka akan kembali pulang ke "rumah" yang hangat, yang juga pernah menjadi rumah saya. Sedangkan saya harus kembali ke tempat kerja yang...ahhhh......Tak pantas rasanya saya mengumbar aib kantor sendiri.

Saat ini keadaan di kantor saya semakin memburuk..entah memang kebenarannya seperti itu, atau saya yang tidak bisa fleksibel menyesuaikan diri dengan lingkungan? Yang saya tahu, saya tidak pernah menganggap tempat ini (kantor saya saat ini) sebagai "rumah besar". Tidak ada keluarga yang hangat seperti di SP*, hanya ada sebagian kecil di sini yang saya anggap demikian.


Kunjungan saya ke SP* hari ini sungguh menyenangkan sekaligus menyesakkan dada. Saya menahan diri agar tidak meneteskan air mata. Rasa sesak di dada bertambah ketika harus pulang ke bangunan empat lantai yang tampak menjulang angkuh. Menyesalkah saya karena telah meninggalkannya dan memilih sesuatu yang ternyata seperti ini? Saya berusaha untuk tidak memilih kata menyesal..karena saya sadar, menyesali masa lalu tidak ada gunanya..hanya membuat kita tidak bergerak maju. Apapun yang terjadi, itu adalah sesuatu yang saya pilih dan saya harus bertanggung jawab apapun hasilnya saat ini.

"Waiting On The World To Change"
John Mayer

Me and all my friends
We're all misunderstood
They say we stand for nothing and
There's no way we ever could

Now we see everything that's going wrong
With the world and those who lead it
We just feel like we don't have the means
To rise above and beat it

So we keep waiting
Waiting on the world to change
We keep on waiting
Waiting on the world to change

It's hard to beat the system
When we're standing at a distance
So we keep waiting
Waiting on the world to change

Now if we had the power
To bring our neighbors home from war
They would have never missed a Christmas
No more ribbons on their door
And when you trust your television
What you get is what you got
Cause when they own the information, oh
They can bend it all they want

That's why we're waiting
Waiting on the world to change
We keep on waiting
Waiting on the world to change

It's not that we don't care,
We just know that the fight ain't fair
So we keep on waiting
Waiting on the world to change

And we're still waiting
Waiting on the world to change
We keep on waiting waiting on the world to change
One day our generation
Is gonna rule the population
So we keep on waiting
Waiting on the world to change

We keep on waiting
Waiting on the world to change