Thursday, February 2, 2012

Menyesalkah Saya?

Sejak menyimak dengan serius teks lagu "Waiting on the World to Change" nya John Mayer beberapa waktu lalu, setiap kali dengerin rasanya pengen nangis T_T..

Hari ini saya berkunjung ke kantor lama saya, SP*, atas kunjungan dari ladies-ladies di sana yang katanya mau ngasih kado pernikahan buat saya. Buat melangkahkan kaki kembali ke sana selalu terasa berat..Bukan, bukan karena saya membenci mereka, justru karena saya sangat menyayangi hampir setiap orang dan segala hal yang ada di sana. Suasananya, orang-orangnya yang lengkap dengan kelucuan masing-masing, selalu sukses membuat saya ingin ketawa dan menangis sekaligus.
Foto diambil pada saat-saat bahagia, suatu hari di awal 2010



Balik ke awal tahun 2009, saat itu saya menganggur dan luntang-lantung ga jelas karena baru saja menerima pengumuman akhir tes Kemlu yang ternyata menyatakan saya tidak lulus. Dunia serasa runtuh..karena menjadi diplomat adalah cita-cita sejak lama, bahkan hingga akhirnya saya bersikeras memilih jurusan HI daripada jurusan tehnik yang diinginkan mamah saya. Selama masa kuliah, saya terus berusaha untuk mengasah kemampuan saya agar mendekati kriteria calon diplomat. Jadi ketika akhirnya sampai di tes terakhir Kemlu, ssaya dan keluarga menunggu dengan harap-harap cemas. Dan dunia terasa runtuh ketika pengumuman itu keluar dan saya tidak lulus.

Ketika masa luntang-lantung itu, saya mengirimkan sms (atau e-mail, saya agak lupa) pada seorang aktifis LSM yang pada tahun 2007 bersama-sama jadi wakil Indonesia ke Oxfam International Youth Partnership di Australia (dan sekarang jadi suami saya :D). Saya ingat bahwa organisasi Mas itu cukup aktif dan isu nya pun termasuk dalam concern saya. Saya menawarkan diri untuk membantu organisasinya sebagai volunteer, yaa..sambil isi-isi waktu. Tak lama setelah itu, tugas-tugas sebagai volunteer mulai saya kerjakan. Seringnya sih tugas menerjemahkan. Meskipun waktu itu saya belum menggunakan google translate, tapi tetap PD :D

Sampai suatu hari, seorang teman yang juga junior saya dikampus memberi tahu adanya lowongan di SP*, sebagai staf dept. luar negeri, untuk membantu ketua dept yang kebetulan merupakan senior kami di kampus. Karena saya memang pernah mendengar reputasi dan kegiatan dari SP*, maka dengan bersemangat saya pun segera mengirimkan CV. Singkat cerita, saya pun diterima sebagai staf per 1 Maret 2009. Sejak saat itu, selama satu tahun, saya mengalami tahun yang menyenangkan di sana. Meskipun ada tentangan keras dari keluarga, saya terus bertahan. Plus ketika saya kerja di sana juga, saya menemukan seseorang yang kemudian sekarang menjadi suami saya, karena kantornya banyak terkait dengan SP* ini.

Karena tekanan keluarga (untuk hal tertentu) semakin kuat, dengan sangat terpaksa, saya akhirnya mencari pekerjaan di tempat lain. Ketika akhirnya diterima, saya mengalami kegalauan yang amat sangat. Haruskah saya pergi? Hal seperti ini tidak lah spesial jika saja saya bekerja di tempat kerja biasa. Namun faktanya, SP* ini bukan hanya tempat kerja. SP* juga tempat saya belajar tentang hidup, tempat saya memperkaya diri dengan pengalaman, serta tempat di mana sebuah keluarga besar akan selalu menyambut saya dengan hangat. Setelah mikir bolak-balik dan berdiskusi dengan pacar, akhirnya keputusan pun diambil: saya akan menerima pekerjaan baru tersebut.

Mengucapkan kata perpisahan sungguh merupakan hal yang sulit. Saya berjuang (sambil menahan tangis) keras merangkai kata untuk e-mail perpisahan kepada teman-teman satu kantor SP*. Saya hanya menulis e-mail karena tidak sanggup mengucapkan kata-kata secara langsung.

Hari-hari awal saya di kantor baru, seringkali air mata tiba-tiba mengalir deras. Sakit rasanya di dada menyadari kenyataan bahwa saya bukan lagi bagian dari keluarga besar yang hangat itu. Namun, keputusan sudah diambil. Saya harus berjalan ke depan.

Meskipun saya sudah tidak di sana, saya tetap menjalin hubungan baik dengan teman-teman SP* yang muda-muda. Kami sering nongkrong dan karaoke bareng. Meskipun sepulang dari acara main bersama, saya merasa miris..mengingat mereka akan kembali pulang ke "rumah" yang hangat, yang juga pernah menjadi rumah saya. Sedangkan saya harus kembali ke tempat kerja yang...ahhhh......Tak pantas rasanya saya mengumbar aib kantor sendiri.

Saat ini keadaan di kantor saya semakin memburuk..entah memang kebenarannya seperti itu, atau saya yang tidak bisa fleksibel menyesuaikan diri dengan lingkungan? Yang saya tahu, saya tidak pernah menganggap tempat ini (kantor saya saat ini) sebagai "rumah besar". Tidak ada keluarga yang hangat seperti di SP*, hanya ada sebagian kecil di sini yang saya anggap demikian.


Kunjungan saya ke SP* hari ini sungguh menyenangkan sekaligus menyesakkan dada. Saya menahan diri agar tidak meneteskan air mata. Rasa sesak di dada bertambah ketika harus pulang ke bangunan empat lantai yang tampak menjulang angkuh. Menyesalkah saya karena telah meninggalkannya dan memilih sesuatu yang ternyata seperti ini? Saya berusaha untuk tidak memilih kata menyesal..karena saya sadar, menyesali masa lalu tidak ada gunanya..hanya membuat kita tidak bergerak maju. Apapun yang terjadi, itu adalah sesuatu yang saya pilih dan saya harus bertanggung jawab apapun hasilnya saat ini.

"Waiting On The World To Change"
John Mayer

Me and all my friends
We're all misunderstood
They say we stand for nothing and
There's no way we ever could

Now we see everything that's going wrong
With the world and those who lead it
We just feel like we don't have the means
To rise above and beat it

So we keep waiting
Waiting on the world to change
We keep on waiting
Waiting on the world to change

It's hard to beat the system
When we're standing at a distance
So we keep waiting
Waiting on the world to change

Now if we had the power
To bring our neighbors home from war
They would have never missed a Christmas
No more ribbons on their door
And when you trust your television
What you get is what you got
Cause when they own the information, oh
They can bend it all they want

That's why we're waiting
Waiting on the world to change
We keep on waiting
Waiting on the world to change

It's not that we don't care,
We just know that the fight ain't fair
So we keep on waiting
Waiting on the world to change

And we're still waiting
Waiting on the world to change
We keep on waiting waiting on the world to change
One day our generation
Is gonna rule the population
So we keep on waiting
Waiting on the world to change

We keep on waiting
Waiting on the world to change

No comments:

Post a Comment