Ada hal lucu yang akhir-akhir ini bikin saya
senyum-senyum. Hal ini berkaitan dengan traveling atau melakukan
perjalanan. Sejak 10-15 tahun terakhir, traveling sebagai satu aktifitas
benar-benar booming. Terutama di kalangan kelas menengah. Saya dan banyak
teman-teman, blogger, serta mayoritas manusia di seluruh dunia akan mengakui traveling
sebagai hobi dan sebagai passion utama. Lebih spesifik lagi, banyak yang
mengaku punya hubungan khusus dengan traveling. Seorang teman asal
Vietnam mengaku sangat menyukai traveling karena kakeknya dulu juga suka
traveling.
Ada lagi yang bilang, traveling itu cara hidup, bukan gaya hidup.
Adalagi quote mengatakan, "The World Is a Book and Those Who Do
Not Travel Read Only One Page." Serta banyak banget orang membagi
quote-quote semacem: “Merugilah orang-orang yang tidak melakukan perjalanan.”
Yang kemudian banyak orang merasa, kalo udah traveling kemana-mana berarti
hebat. Atau banyak teman-teman di kampong halaman yang memandang hebat orang
yang merantau jauh, apalagi sampai ke luar negeri.
Sebenarnya sih tidak ada yang aneh dengan mengakui traveling
sebagai hobi. Tapi yang menurut saya agak lucu, banyak orang yang merasa hanya
dia saja yang punya hobi atau punya hubungan khusus dengan traveling. Padahal,
mayoritas manusia kelas menengah di dunia−yang setidaknya ga perlu mikirin day
to day survival− hobi utamanya ya traveling, bahkan sejak jaman belum ada
pesawat terbang. Jadi punya hobi traveling itu biasa aja bro, sis.
Saya kemudian kepikiran bagaimana dengan orang-orang yang ga punya uang
untuk traveling? Bagaimana dengan keluarga-keluarga yang cuma punya uang untuk
makan hari itu? Bagaimana
dengan orang yang punya keterbatasan fisik atau sedang sakit? Masihkah anda mau membagi kata-kata “those who
do not travel read only one page of a book”? Apalagi posting quotenya
dibarengi dengan posting foto-foto hasil liburan terbaru.
Kalo ditelaah lebih jauh dalam diri sendiri, seringkali saya
bertanya-tanya. “Apa sih tujuan lo traveling? Buat gaya-gayaan di sosmed kah? Atau buat ngisi blog biar
kemudian orang terkagum-kagum sama isi blog lo? Mau pamer daftar negara yang
pernah dikunjungi?“ #jleb. Waktu masih jaman ababil di sosial media, beberapa
hal di atas benar adanya pernah saya rasakan (yakin lo sekarang ngga lagi?
#uhuk).
Jujur aja, sekarang saya lebih realistis. Saya
melakukan perjalanan karena ingin mengenal tempat, orang-orang, makanan dan
kehidupan lain di tempat tujuan. Saya melakukan perjalanan karena kemudian
ingin menulisnya di blog saya dan teman, agar bisa menghasilkan
uang..haha (kurang realistis apa coba?). Saya melakukan perjalanan untuk
mengenalkan kepada anak saya bahwa dunia tidak hanya selebar batas-batas
geografis, agama, status sosial dan ras.
Tapi perjalanan yang saya maksud pun bukan
berarti perjalanan jauh naik bis, kereta, mobil, atau pesawat terbang. Perjalanan
ini ga harus selalu ngabisin duit tabungan hasil kerja berbulan-bulan. Atau
ngabisin jatah yang harusnya dipake buat bayar utang atau buat tabungan pensiun #eh. Atau ngabisin
duit yang seharusnya buat tabungan pendidikan anak (#emakemakbanget). Bahkan
sekedar jalan-jalan di sekitar rumah atau di taman saya anggap sudah cukup.
Banyak hal sederhana yang bisa dijadikan bahan mengobrol dengan anak. Tentang
anak-anak lain yang main di playground, tentang bebek-bebek di danau, tentang
bentuk awan yang terlihat seperti bola, dan lain-lain.
Terus intinya mau ngomong apa sih? Ya ga ada sih..Cuma catatan pengingat
buat diri sendiri biar ga takabur. Biar ga lupa sisihkan uang buat zakat dan bayar utang. Biar ga lupa ngisi tabungan pendidikan anak
dan tabungan pensiun. Biar rajin kerja dan selesaikan kewajiban, lalu kemudian
bisa menikmati waktu untuk hal-hal yang disukai seperti baca buku, makan enak, dan tidur. #teuteup :D.
No comments:
Post a Comment