Monday, April 4, 2016

My two cents about traveling


Ada hal lucu yang akhir-akhir ini bikin saya senyum-senyum. Hal ini berkaitan dengan traveling atau melakukan perjalanan. Sejak 10-15 tahun terakhir, traveling sebagai satu aktifitas benar-benar booming. Terutama di kalangan kelas menengah. Saya dan banyak teman-teman, blogger, serta mayoritas manusia di seluruh dunia akan mengakui traveling sebagai hobi dan sebagai passion utama. Lebih spesifik lagi, banyak yang mengaku punya hubungan khusus dengan traveling. Seorang teman asal Vietnam mengaku sangat menyukai traveling karena kakeknya dulu juga suka traveling. 

Ada lagi yang bilang, traveling itu cara hidup, bukan gaya hidup. Adalagi quote mengatakan, "The World Is a Book and Those Who Do Not Travel Read Only One Page." Serta banyak banget orang membagi quote-quote semacem: “Merugilah orang-orang yang tidak melakukan perjalanan.” Yang kemudian banyak orang merasa, kalo udah traveling kemana-mana berarti hebat. Atau banyak teman-teman di kampong halaman yang memandang hebat orang yang merantau jauh, apalagi sampai ke luar negeri.

Sebenarnya sih tidak ada yang aneh dengan mengakui traveling sebagai hobi. Tapi yang menurut saya agak lucu, banyak orang yang merasa hanya dia saja yang punya hobi atau punya hubungan khusus dengan traveling. Padahal, mayoritas manusia kelas menengah di dunia−yang setidaknya ga perlu mikirin day to day survival− hobi utamanya ya traveling, bahkan sejak jaman belum ada pesawat terbang. Jadi punya hobi traveling itu biasa aja bro, sis.

Saya kemudian kepikiran bagaimana dengan orang-orang yang ga punya uang untuk traveling? Bagaimana dengan keluarga-keluarga yang cuma punya uang untuk makan hari itu? Bagaimana dengan orang yang punya keterbatasan fisik atau sedang sakit? Masihkah anda mau membagi kata-kata “those who do not travel read only one page of a book”? Apalagi posting quotenya dibarengi dengan posting foto-foto hasil liburan terbaru.

Kalo ditelaah lebih jauh dalam diri sendiri, seringkali saya bertanya-tanya. “Apa sih tujuan lo traveling? Buat gaya-gayaan di sosmed kah? Atau buat ngisi blog biar kemudian orang terkagum-kagum sama isi blog lo? Mau pamer daftar negara yang pernah dikunjungi?“ #jleb. Waktu masih jaman ababil di sosial media, beberapa hal di atas benar adanya pernah saya rasakan (yakin lo sekarang ngga lagi? #uhuk).

Jujur aja, sekarang saya lebih realistis. Saya melakukan perjalanan karena ingin mengenal tempat, orang-orang, makanan dan kehidupan lain di tempat tujuan. Saya melakukan perjalanan karena kemudian ingin menulisnya di blog saya dan teman, agar bisa menghasilkan uang..haha (kurang realistis apa coba?). Saya melakukan perjalanan untuk mengenalkan kepada anak saya bahwa dunia tidak hanya selebar batas-batas geografis, agama, status sosial dan ras.


Tapi perjalanan yang saya maksud pun bukan berarti perjalanan jauh naik bis, kereta, mobil, atau pesawat terbang. Perjalanan ini ga harus selalu ngabisin duit tabungan hasil kerja berbulan-bulan. Atau ngabisin jatah yang harusnya dipake buat bayar utang atau buat tabungan pensiun #eh. Atau ngabisin duit yang seharusnya buat tabungan pendidikan anak (#emakemakbanget). Bahkan sekedar jalan-jalan di sekitar rumah atau di taman saya anggap sudah cukup. Banyak hal sederhana yang bisa dijadikan bahan mengobrol dengan anak. Tentang anak-anak lain yang main di playground, tentang bebek-bebek di danau, tentang bentuk awan yang terlihat seperti bola, dan lain-lain.


Terus intinya mau ngomong apa sih? Ya ga ada sih..Cuma catatan pengingat buat diri sendiri biar ga takabur. Biar ga lupa sisihkan uang buat zakat dan bayar utang. Biar ga lupa ngisi tabungan pendidikan anak dan tabungan pensiun. Biar rajin kerja dan selesaikan kewajiban, lalu kemudian bisa menikmati waktu untuk hal-hal yang disukai seperti baca buku, makan enak, dan tidur. #teuteup :D.  
 
 Oh ya..dan jangan lupa untuk mampir ke blog saya dan teman-teman ya ;).


No comments:

Post a Comment