Kami pertama kali tiba di Münster tanggal 31 Maret 2014, setelah mendarat di Frankfurt dari Indonesia. Frankfurt-Münster dengan kereta ditempuh kira-kira 4 jam (dengan kereta ICE). Keluar dari Hauptbahnhof, kami langsung nyari bis yang menuju ke flat kami di Kinderhaus (Flat furnished ini udah disewa duluan lewat agen). Saat itu cuaca musim semi masih sangat dingin..mungkin sekitar 7 derajat. Dengan bawaan segambreng, kami naik bus nomor 15 jurusan Kinderhaus Brüningheide.
Sampai di flat, ambil kunci di tetangga, dikasih tau ini itu soal pemanas (Heizung), exhaust, mesin cuci, dll. Flat yang kami sewa ini cukup luas, sekitar 75 meter persegi, dengan harga 590 Euro *nangis bombay *mahalnyoo. Terletak di lantai dasar (Erdgeschoss) dengan perabotan dan dapur lengkap plus sepetak halaman berumput. Ya..alhamdulillah lah untuk memulai hidup baru. Karena perbekalan dari Indonesia cukup lengkap untuk awal-awal, kami tidak langsung belanja bahan makanan. Sedikit beras (plus rice cookernya), sambel bu rudi, makanan kering, bumbu bamboe, dll jadi andalan.
Keesokan harinya, mulailah kami menjajaki kota. Münster terletak di Bundesland (negara Federal, kalo di Indonesia semacem provinsi) Nord Rhein Westfalen atau dalam bahasa Inggris North Rhine Westphalia. Letak Münster sekitar 1-3 jam dari Dortmund, Köln (inggrisnya: Cologne), Bonn (bekas ibu kota Jerman Barat), dan Düsseldorf (ibukota Bundesland Nord Rhein Westfalen). Yang terpenting, Münster ini letaknya berdekatan dengan Osnabrück, kota tempat saya akan melanjutkan studi nanti :D
Bundesland Nord-Rhein-Westfalen sendiri sebetulnya terdiri dari dua wilayah, yaitu Nord Rhein (di sebelah utara sungai Rhein) dan Westfalen. Kota-kota yang dialiri sungai Rhein seperti Düsseldorf, Köln, Bonn masuk wilayah Nord-Rhein. Sementara Münster, fitrahnya masuk wilayah Westfalen. Nord-Rhein Westfalen dijadikan satu bundesland oleh Inggris, pasukan Sekutu yang menguasai wilayah ini setelah Perang Dunia II. Nord Rhein-Westfalen adalah bundesland yang penduduknya paling banyak se-Jerman.
Münster sendiri tidak sebesar kota-kota Jerman yang terkenal secara internasional semacem Frankfurt atau Berlin. Yang menarik, sebagian besar penduduk Münster adalah mahasiswa. University of Münster adalah universitas terbesar keempat di Jerman. Selain terkenal sebagai kota pelajar, Münster juga terkenal sebagai "kota PNS" atau "Beamte Stadt", karena sebagian besar orang dewasanya bekerja sebagai PNS. Karena "Beamte Stadt" itu pula, penduduk Münster sebagian besar makmur (tajir). Di Jerman, gaji PNS termasuk besar :D Kemakmuran inilah yang menyebabkan biaya hidup di Münster mahal. Biaya sewa flat/apartemen/kos-kosan cukup mahal.
Meskipun mahal, ada sisi positif yang membuat Münster akan selalu dikenang ;) Kota ini sangat rapi dan cantik. Perbandingannya bukan kota-kota di Indonesia, tapi kota-kota lain di Jerman. Setelah melihat beberapa kota di sini, saya baru paham, bahwa ada juga kota-kota yang agak semerawut *meskipun ya ga separah Jakarta* :D. Sebagai "Beamte Stadt", tentunya pemerintah kota Münster menyediakan dana berlebih untuk menjaga kerapian dan kecantikan kotanya. Altstadt (kota tua) Münster sangat bersih dan rapi. Padahal kota ini 80% hancur setelah perang dunia dua. Pemerintah kota melakukan rekonstruksi secara sempurna. Ga keliatan kalo Münster pernah porak-poranda.
pemandangan malam di Prinzipalmarkt, kota tua Münster |
Promenade Münster. Photo taken by |
Masterpiece nomor dua dari Münster menurut saya adalah Aasee (danau). Aasee ini adalah danau buatan seluas 40,2 hektar dan panjangnya kira-kira 2,3 km. Yang membuatnya keren adalah ruang terbuka hijau di sekitar Aasee. Lega, rapi, dan hijau. Orang bisa grillen (barbeque-an), ngerayain ulang tahun, duduk-duduk baca buku, liatin bebek berenang, main sama anak-anak, bahkan, beberapa anak muda sunbathing kayak di pantai pas cuaca cerah. Selain beraktifitas di pinggirannya, kita juga naik sepeda air (semacem bebek-bebekan kayuh) mengelilingi Aasee. Tarik napas...hemmm...ahhh...membayangkannya saja saya jadi relax :)
salah satu tepi Aasee Münster |
No comments:
Post a Comment