Thursday, April 20, 2017

Ngobrol Sama Alif

Satu bulan terakhir ini Alif selalu ikut dengan saya ke mana-mana, termasuk melayat sepupu dan tante yang meninggal. Bukan hanya melayat ke rumah duka, bahkan hingga ke pemakaman untuk penguburan. Alif sempat melihat ketika kedua jenazah terbujur kaku tertutup samping (jarik batik).

Setelah itu, Alif juga sering bertanya-tanya. "Ayah kamu dikubur ya?", "Rumahnya di bawah tanah ya?", "Di bawah tanah bisa bernafas ngga?", dsb. Saya selalu coba jelaskan semampu Saya, mencoba ga berlebihan untuk anak seumur dia.

Sempat merasa bersalah sih.. Apa terlalu cepat buat Alif diperkenalkan konsep meninggal dan dikubur? Ah but that's reality, pikir saya kemudian.

Hingga malam ini, kami saling bertukar cerita sebelum tidur. Saya "bercerita" bahwa saya sayang sekali sama Alif😆 (maafkan emak yang ceritanya super pendek). Sementara Alif bercerita soal pertarungan antara robot, jägger (pemburu), singa, dan manusia, tentang tembak-menembak dan makan-dimakan. Saya tidak terlalu suka kisah yang didalamnya ada kejadian saling menyakiti seperti itu, dan selalu saya sampaikan ke Alif. Bahwa tembak-menembak itu tidak baik karena yang tertembak akan merasa sakit, bahwa memburu dan membunuh binatang itu tidak diperbolehkan, bahwa sebaiknya semua orang berteman dan saling membantu.

Terdengar utopis, namun saya berusaha agar hal-hal kecil yang saya sampaikan ini tertanam di hati dan pikirannya. Si Alif ini sehari-harinya tidak jauh berbeda dari anak laki-laki kebanyakan, yang menyukai Starwars, superhero, robot, dan lain-lain. Walaupun saya tidak pernah memperkenalkan, mengajak menonton, ataupun membelikan mainan-mainan terkait ini, tetap saja dia mengenalnya melalui teman-temannya di Kindergarten dulu. Untuk tidak menanamkan maskulinitas yang kasar dan berpotensi merusak, saya berusaha memasukkan nilai-nilai yang saya yakini.

Setelah saya merespon cerita Alif dengan pesan sponsor tersebut, tiba-tiba Alif ngomong, "Bu nanti kalo sakit kita bisa meninggal ya?". Lalu kami membicarakan sesuatu dan saya berkata "Hidup manusia itu dimulai dengan lahir sebagai bayi, tumbuh jadi anak-anak kayak kamu, lalu jadi kakak-kakak, lalu jadi om-om, lalu jadi bapak-bapak, tua, dan meninggal."

Si Alif merespon dengan "Tapi aku ga mau tua.. Maunya muda aja kayak gini. Aku ga mau meninggal." Dan dilanjutkan dengan "Kalo kamu meninggal nanti aku disebelah kamu, aku mau dipeluk", "Sebelum kamu meninggal kamu bilang gitu dulu ya..",
"Kalo aku meninggal duluan aku sendirian dong.. Aku gamau.. Aku mau disebelah kamu ya", "Kalo meninggal kita bisa hidup lagi ngga?", dsb. Setelah bertanya, dia lalu nangis sambil bilang "tapi aku ga mau meninggal.. Mau hidup aja."

Saya bingung harus merespon apa. Akhirnya saya bilang, "Iya nak. Tapi kamu ga perlu terlalu memikirkan itu. Lakukan aja yang terbaik yang kita bisa: belajar, bekerja, mengaji, sholat, membantu orang. Setelah meninggal, kita akan dihidupkan lagi. Kalo kita termasuk orang-orang baik, kita bisa ketemu lagi." #duh #berat.

Setelahnya saya masih merenungkan pembicaraan kami. It seems too soon for a 4,5 years old to talk about this topic. Ah.. Mungkin besok-besok ga usah ikut dulu melayat atau ziarah. It is actually a good start to give him understanding about life, after life, religion. Tapi jangan sampe anaknya trauma😢.

No comments:

Post a Comment