Setelah hari Sabtunya Ayahnya
Alif sempet harus ke kantor karena (katanya) ada janji penting, hari Minggu
kemarin adalah wiken yang sebenar-benarnya bagi Kami. Setelah Alif beres 1st breakfast (bubur tajin)
dan 2nd breakfast (makan
berat biasa), jam 9 pagi kami bersiap berangkat ke tempat yang sudah lama ingin
kami kunjungi yaitu: Parung Farm. Sebelum berangkat, kami gugling dulu nyari
alamat dan ancer-ancernya Parung Farm. Pokoknya alamatnya di Parung 546 katanya.
Dari hasil gugling disebutkan bahwa kunjungan sebaiknya dilakukan hari
Senin-Sabtu, kalo hari Minggu ga ada petugas yang bisa jelasin katanya.
Ah..biarlah..toh deket dari rumah..kami bisa ke sana lagi kapan-kapan.
Sejak melihat brand “Parung Farm”
di bungkus sayuran organik yang dipasarkan di beberapa supermarket, kami sudah
tertarik untuk mengunjunginya karena tempatnya pastilah ga jauh dari
rumah kami yang masuk wilayah Depok tapi udah mepet Bogor :p. Tadinya niat saya
sih ingin beli sayuran organik dengan harga miring, siapa tau di Parung Farm ada
sayuran-sayuran reject yang ga lolos quality control untuk masuk supermarket :D
Jam 9 pagi kami sudah berangkat
dari rumah berbekal cooler bag yang
diubah fungsi jadi diaper bag. Isinya
cuma 1 cloth diapernya Alif, beberapa
insertnya, satu kaos ganti, dan tisu
basah. Bahkan kami ga bawa minum atau cemilan buat si bocah *emaknya lupa*.
Yasudahlah ya..kalo haus atau laper bisa beli air putih botol dan biskuit di
jalan. Alif yang sudah berpakaian lengkap (jaket,kaos kaki, topi) saya gendong
pake carrier. Awal-awal baru jalan,
dia masih bersuara “awawawaaaaaaaaaa…….”, tapi ga sampe lima menit udah tidur
pules :D. Bahkan ketika lewatin Pasar Parung yang panas dan super macet pun,
Alif tetep anteng tidur.
Setelah lewatin Pasar Parung, Saya
mulai siaga ngawasin sebelah kiri jalan. Dan ternyata..ga jauh dari Pasar
Parung, terlihat ada plang “ Parung 546”.
Taraa..here we goo..ready to explore
Parung Farm. Begitu masuk, parkirannya tampak luas dan hijau..dikelilingi
pohon-pohon rindang. Setelah parkir motor, kami sempat bertanya ke bagian packing sayuran apakah bisa jika kami
ingin beli sayuran disitu. Setelah dapet jawaban positif, kami langsung jalan
menuju kebun sayur terdekat.
Jadi si Parung Farm adalah areal
pertanian hidroponik dan aeroponik organik seluas 4,5 hektar yang telah menghasilkan
berbagai jenis tanaman, mulai dari sayur-sayuran (bayam, kangkung, sawi, sawi
putih, tomat, wortel, dll), buah-buahan, bunga hias, hingga anggrek dan
tanaman-tanaman lainnya. Kebun sayur yang pertama kali kami tuju ternyata
adalah lahan persemaian sayur. Media tanam untuk persemaian ini adalah: kerikil.
Yess.. kerikil. Menurut Ayah Alif sih, kerikil lebih memudahkan persemaian karena
tanaman yang ditanem disitu lebih mudah dicabut dan akarnya ga rusak. *Ini hasil
kira-kiranya dia aja seh* :p
Dari lahan persemaian kami menuju
ke rumah kaca yang didalamnya banyak ditanami sayuran-sayuran mulai dari yang
masih piyik, hingga siap panen. Ga beneran terbuat dari kaca sih, tapi rumah ini
rangkanya terbuat dari bambu dan ditutup seluruhnya sama bahan sejenis plastik.
Media tanam yang digunakan di rumah kaca ini yaitu udara (aeroponik) yang
diwujudkan dalam bentuk Styrofoam alias
gabus.
Sayur-sayurannya ada sawi dan kangkung. Rumah kacanya ga serapi dan bersih seperti yang saya lihat di Korea dulu, yang ini agak berantakan dan banyak sampah. Di salah satu tiang bambu ditempel termometer untuk ngukur suhu di dalam rumah kaca itu. Disitu ada satu orang mas-mas yang lagi manen kangkung..mau ditanya-tanya takut ganggu deh..
media tanam gabus |
Sayur-sayurannya ada sawi dan kangkung. Rumah kacanya ga serapi dan bersih seperti yang saya lihat di Korea dulu, yang ini agak berantakan dan banyak sampah. Di salah satu tiang bambu ditempel termometer untuk ngukur suhu di dalam rumah kaca itu. Disitu ada satu orang mas-mas yang lagi manen kangkung..mau ditanya-tanya takut ganggu deh..
numpang nampang :D |
Dari rumah kaca aeroponik, kami
jalan ke arah padang rumput dan tanaman buah-buahan. Disitu lebih tertata rapi.
Ada rumah-rumah panggung dari kayu, semacem gazebo tempat belajar, jalan
setapak ditengah padang rumput yang diapit pohon-pohon dan bunga-bunga.
Di samping salah satu rumah
panggung, kami melihat ada pipa-pipa yang dialiri air dan diujung pipa-pipa
tersebut ditaro pot yang ditanami macem-macem: ada oyong, cabe, tomat, seledri,
sampe daun binahong. Ini keren banget deh..sayangnya kami ga bisa nanya-nanya
lebih jauh soal benda ini karena ga ada orang/petugas situ yang bisa ditanyain. Setelah puas
moto-motoin pipa itu, kami beranjak ke tempat lain.
Ketika menyusuri jalan
setapaknya, kami menemukan semacem gerbang tanaman, rangka kawat yang dibentuk
pintu dan ditanami tanaman rambat...menambah kesan asri jalan setapak itu.
Perjalanan dilanjutkan dan
ternyata..dekat situ ada kebun anggrek. Lovely!
Ini adalah kebun anggrek kedua yang pernah saya datangi. Yang pertama Saya
kunjungi pada tahun 2009 di Pulau Samosir, Danau Toba. Anggreknya bagus-bagus, tapi
ya waktu itu ga kepikiran beli. Secara ga punya duit dan belum tau mau naro
anggrek di mana :D Nah kali in saya sedikit excited
soalnya sekarang ada sepetak kecil (keciiil..banget) halaman depan rumah yang
bisa dibikin berantakan dengan berbagai koleksi kami..hehe Oh ya by the way, sejak masuk Parung Farm, si
Alif masih tidur pules banget di gendongan..padahal udah saya ajak menjelajah
kesana kemari berpanas-panas -_-
Back to the orchid garden, disitu ada macem-macem anggrek berjejer.
Sebagian besar sih belum berbunga. Yang udah berbunga terlihat
cantik-cantik..ada yang warna merah, kuning, ungu dan putih. Kata mas-mas yang
ada disitu, jenis anggreknya pun macem-macem..ada anggrek bulan, dll *saya lupa
karena emang ga terlalu tau jenis anggrek* :D
Waktu saya sibuk liatin anggrek, Ayahnya
Alif lihat-lihat ke bagian belakang rumah anggrek. Ternyata di sana ga hanya
ada anggrek. Ada juga bibit buah-buahan, cabe, dan lain-lain. Kemudian Ayah
tertarik sama satu taneman yang kata masnya disebut cabe hitam. Dilihat buahnya
sih mirip cabe, pendek buntet warna hitam. Katanya kalo udah agak tua warnanya
jadi merah. Ayahnya terlihat antusias dan pengen bawa pulang si cabe hitam. Meskipun
kemudian dia baru sadar bahwa duit cash
kami habis dan harus ke ATM dulu..eng ing eng.. Jadilah saya dan Alif (yang
masih konsisten pules tidur di gendongan) ditinggal dulu ke ATM.
Si Cabe Hitam |
Sambil nunggu saya duduk-duduk di
gazeebonya. Setelah bosen duduk-duduk, saya pun kembali ke kebun anggrek buat
moto-moto. Setelah Ayah Alif dateng, kami balik ke kebun anggrek dan
pilih-pilih apa yang mau dibawa pulang. Hasilnya, Saya dapet 1 buah anggrek (Rp.
20.000) buat ditempel di pohon palem depan rumah. Sementara si ayah dapet 1
pohon cabe hitam (Rp. 20.000) dan 1 pohon cabe rawit hijau biasa (Rp. 5.000).
Sebelum pulang, kami mampir
bagian packing buat beli sayur.
Emm..gatau deh lebih murah daripada di supermarket apa ngga..sebungkus bayam,
kangkung, dan sawi, masing-masing Rp. 9.500. Yang pasti sih, emang lebih seger.
Kami sempatkan juga metik bunga kemangi kering buat diambil bijinya dan ditanem
depan rumah..hehe..biar kalo mau bikin pepes ga usah beli kemangi :D Saya sempat lihat tumpukan
sayuran dimasukkin ke gerobak..hmm..mungkin itulah yang disebut sayur reject. Ketika nanya masnya itu mau
diapain, ternyata buat pakan ikan! Puuh..padahal keliatannya ga terlalu jelek
loh..sayang banget ga dijual :( *mental pemulung..hoho*
Sekitar jam 12-an, kami menuju
Pasar Parung untuk makan bakso Titoti..kunjungan boleh ke pertanian organik,
makanannya tetep bakso berlemak ya..hehehe.. Secara keseluruhan, Parung Farm ini recommended banget buat dijadikan alternatif
kunjungan keluarga, terutama buat dikunjungi anak-anak usia sekolah. Anak-anak
bisa melihat langsung di mana dan bagaimana sayuran diproduksi, serta untuk
mengajari mereka agar lebih menghargai lingkungan. Biaya masuknya pun
gratis..tis.. Kami sepakat untuk menjadikan kunjungan ke Parung Farm sebagai
rutinitas wiken, sekalian belajar pertanian organik demi suatu saat nanti punya
kebun organik sendiri *Amiiiin* :)
No comments:
Post a Comment