Wednesday, December 21, 2016

Ikutan trial bela diri

Suatu hari tanpa sengaja, seorang pengajar di sebuah dojo mengirim saya message, karena saya me-"like" page mereka. Dia menawarkan saya untuk ikut trial latihan self defense. Saya jawab, kalo saya tertariknya bukan buat saya, tapi buat si anak 4 tahun #Alipo. Dan ternyata mereka punya kelas "mini ninja" untuk usia 4-6 tahun. Sang Sensei mengundang kami untuk datang dan ikut trial gratis.

Lalu pergilah kami kemarin sore ke trialnya, yang latihannya dilakukan di sebuah ruangan di fitness park, komplek olahraga di Osnabrück. Saya datang duluan karena langsung dari perpus, sementara alipo dan ayahnya dari TK langsung. Si alif pas banget baru bangun dr tidur sorenya di stroller.

Masuk ke ruangan, kami di salamin dan kenalan dengan Sensei. Si bocah diam membisu, walopun masih terima jabat tangan dengan senseinya. Sang sensei sampe nanya ke kami, apakah alif paham bahasa jerman. Karena dia membisu. Ada sekitar 6-7 anak yang siap latihan. Lalu dimulai latihannya. Alif gamau ikutan. Diem aja sambil nempel2 ke ibu dan ayah. Dia sempet bilang "aku gamau dipukul-pukul, nanti sakit". Lalu saya jelaskan, bahwa itu tujuannya belajar pertahanan, bukan untuk pukul-pukulan. Lagi pula latihannya juga seperti bermain, ga seserius orang dewasa. Orang tua (ayah atau ibunya) juga dilibatkan untuk partner latihan anak-anak, agar anak-anak lebih nyaman. Tapi saya melihat bahwa sensei nya serius soal disiplin, soal patuh aturan, dan waktu. Pas banget buat bocah belajar.

Selama latihan, si alif tetep gamau ikutan. Dia maunya mengamati, sambil tiduran di lantai..semacem ngesot-ngesot di lantai kayu yang mulus. Sedikit-sedikit dia mulai beringsut ke lapangan. Tetap diam mengamati. Tampak tertarik, tapi ragu. Sampai akhirnya latihan selesai (hanya 30 menit), kami pulang. Di jalan saya tanya,

Ibu  : Kamu mau ke tempat tadi lagi ngga?
Alif : mau.
Ibu  : beneran mau? Tapi kalo ke sana lagi harus ikutan, ga bisa cuma liat aja. Kalo ke sana cuma liatin aja, mending ga usah. Kita nonton aja video bela diri di rumah.
Ayah : iya..kalo ke sana lagi, harus ikutan. Soalnya kalo kesana lagi, kita harus bayar. Kalo ga mau ikutan, ga usah ke sana lagi.
Ibu  : kamu suka ga di sana?
Alif : suka
Ibu : tapi kenapa tadi diem aja gamau ikutan?
ALif : Aku schühtern (malu) ibu. Aku mau ikutan tapi belum tau.
Ibu  : Oh gtu. Ya..padahal sih ga apa-apa belum tau. Kamu kan baru pertama. Tapi mau kesana lagi ngga?
Alif  : iya mau.
Ayah : (agak discouraging buat lanjut karena kami belum pasti mau pulang atau tetap di Osnabrück)


Dari situ saya jadi belajar, bahwa Alif memang bukan jenis anak yang langsung "on" di tempat baru. Butuh waktu buat dia mengenali tempat baru, orang baru, dan apa yang mereka lakukan. Seperti ketika baru masuk TK, butuh waktu hampir tiga bulan untuk proses sampe Alif tidak nangis waktu kami tinggal. Which is normal, kita orang dewasa juga gitu kan? Menurut saya, memang dia butuh di ekspos ke berbagai hal yang berbeda, dikenalin pelan-pelan, dan pastinya tetep ditemani, sampe dia menemukan kesukaannya. Semangat terus ya alipo!

Jadi inget waktu saya kecil (sekitar SD kelas 1, 2, atau 3), pernah ikutan latihan silat di GOR Kelurahan Winduhaji bersama kakak-kakak dan sepupu. Sayangnya, waktu latihannya malam. Saya sudah kelelahan. Inget banget sampe pernah latihan jurus sambil terkantuk-kantuk -_- haha..dan latihan silat ini pun tidak berlanjut, saya lupa kenapa.

No comments:

Post a Comment