Kenapa cuma Kartini?
Males saya melihat bahasan-bahasan ini. Yeaa..Kartini is a very great woman at that time, and so other women. Yasudahlah..yasudahlah...
Yang pasti saya mau bahas Kartini masa kini yang jadi inspirasi saya, yaitu: Dian Sastro! Haha..
Saya pertama kali mengenal mbak Dian (SKSD banget) waktu saya suka nebeng baca majalah Gadis punya kakak saya, waktu saya masih SD kelas 6. Saat itu Dian jadi finalis Gadis Sampul tahun 1996, terus menang jadi juara deh. Sebagai pembaca Gadis, saya terbiasa membaca cover to cover, juga ketika ada Dian Sastro di situ.
Kemudian, tibalah masanya film AADC. Mbak dian disebut sebagai tokoh kebangkitan film Indonesia. Deuh..asa lebay. Tapi saya tetep ngefans. Waktu saya kelas 3 SMA, seorang teman sekelas, cowok, memasang poster besar Dian Sastro di kelas.
Ketika saya hijrah ke Jatinangor, ada seorang teman cerita, dia ketemu Dian Sastro di salah satu toilet kampus UI, setelah antrian cewek-cewek menggedor salah satu bilik yang lama banget orangnya ga keluar-keluar. Begitu keluar, ternyata Dian Sastro keluar..haha..ga penting sih ini cerita.
Terus tiba saat ketika Dian Sastro akan menikah. Oh..nikah sama anak konglomerat yang hartanya ga akan habis 7 turunan..normal lah sebagai artis. Tapi kok makin lama mbak Dian makin keren. Punya anak sambil terus lanjut kuliah S2, buka usaha ini-itu, punya inisiatif beasiswa Dian Sastro, dll, dll.
People will say, "ya iyalah dia bisa melakukan apapun yang dia mau..lah suaminya tajir..mungkin ada selusin helper dan nannys yang bisa bantu dia selama kerja." That´s might be true. Tapii...kemudian beberapa hari lalu saya iseng membaca kisah hidupnya. Benar bahwa kakeknya adalah salah satu tokoh nasional pejuang kemerdekaan, mantan menteri, dan lain-lain- Tapi..Dian tidak tumbuh dalam gelimang harta dan berbagai kemudahan atau privilege. Dia tumbuh dalam keluarga tidak harmonis, orang tua bercerai sejak dia kecil (waktu kelas 3 SD). Ibunya berjuang sebagai single mother untuk membesarkan dan membiayai Dian. Ketika umur 13 tahun, sang ayah pergi untuk selamanya. Sang Ibu lah yang kemudian mendidik Dian begitu keras, tentang perjuangan hidup.
Pada tau ga kalo Dian waktu kuliah S2, ngerjain tugas kuliah sambil nyusuin anaknya malem2? Nanny pasti ada lah di rumahnya..tapi nyusuin malem-malem kan ga bisa digantikan oleh siapapun. Ngerjain tugas kuliah juga tentu ga bisa digantikan oleh siapapun, kecuali kalo anda orang bodrek yang cuma mau dapet gelar doang.
Nah, dari kisah hidupnya, saya jadi makin paham, kenapa Dian terlihat begitu kuat,
begitu keren. Sebagai seorang ibu dengan dua anak, sebagai istri,
sebagai artis, sebagai pengusaha.
Suami Dian datang dari keluarga Sutowo yang ningrat dan tajir. Tapi keluarga intinya pun bukanlah keluarga harmonis. Bapaknya punya simpanan, dll. Tipikal kehidupan keluarga super tajir Indonesia. Saya yakin, sebagai dua orang yang berlatar belakang keluarga bercerai, mereka akan lebih bijak dalam rumah tangganya. Ini sekaligus bantahan saya untuk orang tua-orang tua yang melarang anaknya menikah dengan orang yang orang tuanya bercerai. Hellow..memangnya orang itu bisa milih untuk terlahir di keluarga yang harmonis atau tidak?
Yasudahlah ya..Saya cuma mau bilang, semoga saya tetap semangat menjalani hari-hari dan kewajiban saya, sebagai ibu, sebagai istri, sebagai mahasiswa, sebagai perempuan yang ingin menjalani pekerjaan sesuai passion, sebagai ibu dan istri yang mau keluarganya hidup sehat, dll, dll... Kalo Mbak Dian aja bisa, kenapa saya ngga? *hihihi. Anak-anak yang kuat lahir dan dididik oleh ibu-ibu yang kuat. *ga ada hubungannya dengan stay at home atau working mom, keluarga cerai, atau ga cerai*. So, stay strong, ladies!
Back to the title, Selamat Hari Kartini, perempuan Indonesia! You are all awesome ;)
Thursday, April 21, 2016
Saturday, April 16, 2016
ICH - Chairil Anwar*
Wenn meine letzte Stunde naht
Soll niemand mich beweinen
Auch du nicht
Wozu die Tränen und die Klagen
Ich bin ein wildes Tier
Das verstoßen ward von seinem Rudel
Auch wenn Kugeln meine Haut durchbohren
Stürm' ich doch weiter wütend voran
Renne trotz Wunden und Gift
Renne
Bis aller Schmerz und alles Leid vergehen
Dann ist mir erst recht alles egal
Leben will ich noch tausend Jahr'.
(März 1943)
übersetzt von Berthold Damshäuser
*aus: Berthold Damshäuser und Ramadhan K.H. (Hrsg.): Gebt mir mein Indonesien zurück! - Eine Anthologie moderner indonesischer Lyrik.
Soll niemand mich beweinen
Auch du nicht
Wozu die Tränen und die Klagen
Ich bin ein wildes Tier
Das verstoßen ward von seinem Rudel
Auch wenn Kugeln meine Haut durchbohren
Stürm' ich doch weiter wütend voran
Renne trotz Wunden und Gift
Renne
Bis aller Schmerz und alles Leid vergehen
Dann ist mir erst recht alles egal
Leben will ich noch tausend Jahr'.
(März 1943)
übersetzt von Berthold Damshäuser
*aus: Berthold Damshäuser und Ramadhan K.H. (Hrsg.): Gebt mir mein Indonesien zurück! - Eine Anthologie moderner indonesischer Lyrik.
Thursday, April 7, 2016
Belajar Bahasa Jerman #2
Belajar bahasa Jerman susah ga sih? Sebagai orang Indonesia dan orang Sunda yang tata bahasa nya ga rumit, belajar Bahasa yang kata benda nya terdiri dari tiga jenis (maskulin, feminin, dan netral) tentu cukup membingungkan. Belum lagi bentuk kata kerja yang selalu berubah-ubah mengikuti waktu atau pasif-aktifnya. Plus aturan kasus dativ-akkusativnya. Hadeuh..tulung!!
Belajar bahasa Jerman ga cuma bisa dilakukan di ruangan kelas yang membosankan, tapi bisa dimana saja. Misalnya, beberapa hal yang saya alami akhir-akhir ini.
Kejadian #1
Saya sedang menunggu bis yang sudah terlambat beberapa menit dari jadwal seharusnya. Di halte tersebut ada seorang nenek yang juga sedang menunggu bus yang sama. Mungkin karena bosan menunggu bus datang, nenek tersebut mulai berbicara basa-basi pada saya. Dia berbicara tentang jalanan depan kami yang sangat berisik..bahwa jika berjalan kaki, dia selalu menghindari jalan besar karena tidak mau mendengar berisiknya kendaraan yang lalu lalang. Saya menimpali, bahwa dari apartemen saya juga suara ramai jalanan cukup terdengar. Kemudian kami masih mengobrol tentang hal-hal remeh temeh lainnya. Bahwa nenek itu lebih suka jalan-jalan di hutan yang tenang, dan lain-lain. Ketika bus sudah terlihat, nenek tersebut bertanya,
Nenek : "Wie lange haben Sie schon hier in Osnabrück?" (berapa lama anda sudah tinggal di Osnabrück?)
Saya : "Ich bin schon hier fast 2 Jahre" (saya sudah tinggal di sini selama hampir dua tahun).
Nenek : "Aber Ihre Deutsch ist schon sehr gut. Sie können schon mit uns unterhalten." (tapi bahasa Jerman anda sudah bagus. Anda sudah bisa mengobrol dengan kami).
Saya : (dalam hati: ahseeek). Danke *sambil senyum-senyum ge-er* :D
Kejadian #2
Tadi pagi saya berangkat sendiri naik bis dan duduk sebelahan sama seorang ibu umur 50an yang seringkali menyapa Alif (kalo saya naik bis sama dia). Kami duduk sebelahan dan mulai ngobrol basa-basi tentang cuaca, tentang si Alif yang udah masuk Kindergarten, dll. Mendekati tujuan akhir kami, dia bertanya dari mana asal saya dan sudah berapa lama di Jerman. Percakapan yang hampir sama dengan atas kembali berulang. Ahseek *kembali senyum-senyum ge-er*. Obrolan berlanjut sedikit tentang komunitas Indonesia,
Saya : Es gibt eigentich viele IndonesierInnen in Deutschland, insbesondere in größe Städte wie in Berlin, Hamburg, Bonn, Köln. Leider nicht zu viele in Osnabrück. Aber ja..gut Ich kann auch mit andere Leute befreunden." (Sebenarnya banyak orang Indonesia tinggal di Jerman, terutama di kota besar seperti di Berlin, Hamburg, Bonn, Köln. Sayangnya tidak terlalu banyak di Osnabrück. Tapi tidak apa-apa, saya jadi bisa berteman dengan orang-orang lainnya).
Ibu baik hati : "Ja..und auch nicht gut wenn man nur mit der Leute aus eigenem Land immer zusammen, dann verbessert die Sprache auch nicht." (Ya..dan kalo orang mainnya cuma sama orang yang senegara juga ga bagus, bahasa Jermannya pun tidak akan bertambah bagus).
Tuh kan..walopun merasa diri ga Pede kalo ngomong Jerman, tapi ternyata kata orang udah lumayan. Cuma butuh banyak latihan aja buat lebih memperlancar. Jangan takut diketawain, biasanya orang malah menghargai usaha kita untuk ngomong pake bahasa mereka.
Nah kalo mau lancar berbahasa Jerman, jangan lupa dipakai bahasanya..biar ga menguap. Percuma kan kita udah nguasain grammar kalo ga pernah latihan ngomong.
Perjalanan belajar bahasa Jerman saya pernah ditulis juga di sini dan di sana.
Belajar bahasa Jerman ga cuma bisa dilakukan di ruangan kelas yang membosankan, tapi bisa dimana saja. Misalnya, beberapa hal yang saya alami akhir-akhir ini.
Kejadian #1
Saya sedang menunggu bis yang sudah terlambat beberapa menit dari jadwal seharusnya. Di halte tersebut ada seorang nenek yang juga sedang menunggu bus yang sama. Mungkin karena bosan menunggu bus datang, nenek tersebut mulai berbicara basa-basi pada saya. Dia berbicara tentang jalanan depan kami yang sangat berisik..bahwa jika berjalan kaki, dia selalu menghindari jalan besar karena tidak mau mendengar berisiknya kendaraan yang lalu lalang. Saya menimpali, bahwa dari apartemen saya juga suara ramai jalanan cukup terdengar. Kemudian kami masih mengobrol tentang hal-hal remeh temeh lainnya. Bahwa nenek itu lebih suka jalan-jalan di hutan yang tenang, dan lain-lain. Ketika bus sudah terlihat, nenek tersebut bertanya,
Nenek : "Wie lange haben Sie schon hier in Osnabrück?" (berapa lama anda sudah tinggal di Osnabrück?)
Saya : "Ich bin schon hier fast 2 Jahre" (saya sudah tinggal di sini selama hampir dua tahun).
Nenek : "Aber Ihre Deutsch ist schon sehr gut. Sie können schon mit uns unterhalten." (tapi bahasa Jerman anda sudah bagus. Anda sudah bisa mengobrol dengan kami).
Saya : (dalam hati: ahseeek). Danke *sambil senyum-senyum ge-er* :D
Kejadian #2
Tadi pagi saya berangkat sendiri naik bis dan duduk sebelahan sama seorang ibu umur 50an yang seringkali menyapa Alif (kalo saya naik bis sama dia). Kami duduk sebelahan dan mulai ngobrol basa-basi tentang cuaca, tentang si Alif yang udah masuk Kindergarten, dll. Mendekati tujuan akhir kami, dia bertanya dari mana asal saya dan sudah berapa lama di Jerman. Percakapan yang hampir sama dengan atas kembali berulang. Ahseek *kembali senyum-senyum ge-er*. Obrolan berlanjut sedikit tentang komunitas Indonesia,
Saya : Es gibt eigentich viele IndonesierInnen in Deutschland, insbesondere in größe Städte wie in Berlin, Hamburg, Bonn, Köln. Leider nicht zu viele in Osnabrück. Aber ja..gut Ich kann auch mit andere Leute befreunden." (Sebenarnya banyak orang Indonesia tinggal di Jerman, terutama di kota besar seperti di Berlin, Hamburg, Bonn, Köln. Sayangnya tidak terlalu banyak di Osnabrück. Tapi tidak apa-apa, saya jadi bisa berteman dengan orang-orang lainnya).
Ibu baik hati : "Ja..und auch nicht gut wenn man nur mit der Leute aus eigenem Land immer zusammen, dann verbessert die Sprache auch nicht." (Ya..dan kalo orang mainnya cuma sama orang yang senegara juga ga bagus, bahasa Jermannya pun tidak akan bertambah bagus).
Tuh kan..walopun merasa diri ga Pede kalo ngomong Jerman, tapi ternyata kata orang udah lumayan. Cuma butuh banyak latihan aja buat lebih memperlancar. Jangan takut diketawain, biasanya orang malah menghargai usaha kita untuk ngomong pake bahasa mereka.
Nah kalo mau lancar berbahasa Jerman, jangan lupa dipakai bahasanya..biar ga menguap. Percuma kan kita udah nguasain grammar kalo ga pernah latihan ngomong.
Perjalanan belajar bahasa Jerman saya pernah ditulis juga di sini dan di sana.
Monday, April 4, 2016
My two cents about traveling
Tapi perjalanan yang saya maksud pun bukan
berarti perjalanan jauh naik bis, kereta, mobil, atau pesawat terbang. Perjalanan
ini ga harus selalu ngabisin duit tabungan hasil kerja berbulan-bulan. Atau
ngabisin jatah yang harusnya dipake buat bayar utang atau buat tabungan pensiun #eh. Atau ngabisin
duit yang seharusnya buat tabungan pendidikan anak (#emakemakbanget). Bahkan
sekedar jalan-jalan di sekitar rumah atau di taman saya anggap sudah cukup.
Banyak hal sederhana yang bisa dijadikan bahan mengobrol dengan anak. Tentang
anak-anak lain yang main di playground, tentang bebek-bebek di danau, tentang
bentuk awan yang terlihat seperti bola, dan lain-lain.
Oh ya..dan jangan lupa untuk mampir ke blog saya dan teman-teman ya ;).
Subscribe to:
Posts (Atom)